***
Pada minggu selanjutnya, Oma menyambung cerita pada bagian dimana ia tumbuh dewasa di sebuah kota besar di Negeri Belanda. Pada saat Soejinah memasuki sekolah dasar, Istisyhaad mengajaknya pindah ke Belanda. Di sana Soejinah tumbuh dewasa menjadi seorang perempuan yang kritis dan keras kepala.
Suatu hari ia bertemu dengan seorang pria asal Belanda ‘Van Der Schoot’ namanya. Lelaki itu berkelahiran Inggris. Ibunya berasal dari Belanda. Sementara Ayahnya asli Inggris. Pria itu tinggi gagah dan tampan. Hingga suatu hari, lelaki itu menikahi Soejinah. Namun di pertengahan pernikahan, mereka memutuskan bercerai. Hal itu disebabkan karena keras kepalanya Soejinah terhadap satu pemahaman tentang perempuan yang selalu ingin disetara-genderkan oleh kaum lelaki.
Saat itu, Soejinah tidak benar-benar memahami apa arti sebagai seorang perempuan. Yang dipahaminya bahwa seorang perempuan sama haknya dengan seorang lelaki. Setelah perceraian, Soejinah pindah ke Negara kelahiran Ibunya, Libanon. Di sana Soejinah mengikuti jejak Ibunya sebagai seorang jurnalis di salah satu majalah tersohor di sana. Beberapa tahun ia menggeluti dunia kepenulisan. Hingga sampai pada beberapa tahun kemudian, ia bertemu dengan Nashr─seorang penulis asal Libanon dan menikah dengannya. Untuk kedua kalinya pernikahannya kandas. Hal itu pun disebabkan oleh hal yang sama seperti pada perceraian pertamannya.
Sebelum meninggal, Istisyhaad pernah bercerita kepada Soejinah, bahwa Ayahnya adalah seorang lelaki yang mampu membuatnya sadar akan arti seorang perempuan yang telah menjadi istri.
“Seorang istri sangat mudah masuk surga, Nak. Ia hanya harus memahami dirinya sebagai seorang istri,”pesannya kepada Soejinah dewasa.
“Oma, aku minta maaf. Bisakah cerita ini kita lanjutkan awal bulan depan. Kebetulan untuk tiga minggu ini aku harus pergi keluar kota. Jadi, kita bisa melanjutkan cerita ini pada awal bulan depan.” ujarku, memotong cerita Oma.
“Baiklah jika begitu. Hati-hatilah dalam perjalanan. Segera hubungi Oma jika kau sudah berada diluar kota.”
***
Usai menjalankan tugas selama tiga minggu, akhirnya aku kembali. Dalam perjalanan pulang, aku menyempatkan diri membaca pesan-pesan singkat yang tidak sempat kubaca, di handphone-ku.