Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Perjalanan Kemanusiaan Part 20: Bu, Hujan itu Berkah? atau Musibah?

10 November 2024   22:30 Diperbarui: 10 November 2024   22:46 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara kokokan ayam jago yang begitu merdu membuatmu terbangun dari tidur dengan jam yang kulihat sudah pukul 04:30 WIB. akupun lekas turun ke lantai bawah rumahku, berjalan menuju ke kamar mandi guna mengambil air wudhu melaksanakan shalat subuh. setelah selesai melaksanakan sholat subuh akupun bergegas mandi dan mengganti pakaian dengan seragam kerjaku sebagai guru SD N 37,

"Gun, jangan lupa sarapan sebelum berangkat. ibu uda masak nasi goreng." Ucap Ibu yang masih asik dengan piring - piring kotor sisa semalam.

"Iya bu." Ucapku yang baru saja selesai berganti pakaian. Dan lekas segera keluar kamar menuju ke meja makan untuk sarapan pagi.

"Hari ini pulang jam berapa?" Tanya ibu.

"Paling jam 1 an, inshaallah sudah di rumah bu."

"Ooo, ya sudah, ngajar yang bener. Dan tetap semangat! Anak ibu. Hehe." sambil mengusap kerudungku dan berjalan mengarah ke rak piring yang berada tepat di depan meja makan.

"Iya baginda ratu hehe" balasku.

Setelah menghabiskan nasi goreng buatan ibu, akupun lekas berpamitan untuk berangkat.

"Bu. Anggun berangkat dulu ya? Assalammuallahikum.". Sembari menggapai tangannya yang masih meletakkan piring ke rak dan menciumnya.

"Wa'allahikumussalam. Hati - hati di jalan."

Suasana udara pagi hari ini begitu dingin dan menyegarkan. Apalagi di daerah yang masih asri seperti kotaku ini, dengan hamparan perkebunan kopi yang luas membentang, dan perpohonan yang masih tinggi-tinggi menjulang. Aku yang terlahir dan besar di perdesaan begitu mensyukuri kehidupan. Bagiku hidup ini begitu sederhana, asal apa yang kamu lakukan dapat memberikan kebahagiaan, semua akan terasa indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun