Dahulu  orang-orang kurus kerempeng sebab siksaan oranglain, yaitu kekurangan makanan, kerja paksa yang diberlakukan tanpa upah, pukulan para kompeni yang tak berprikemanusiaan. Sekarang, banyak orang kurus akibat siksaan diri sendiri,  yakni menelan pil haram,  menghirup obat terlarang, dan memakan "racun".
Andaikan keadaan ini masih terus berlanjut, maka diri sedang dijajah oleh kolonialisme zaman now. Diri menjajah diri sendiri. Teman menindas saudara sendiri. Sesama anak bangsa saling membodohi dan menjatuhkan.
Mendamba Semangat Kemerdekaan
Berita yang menyayat sanubari dan akal sehat, Â beberapa hari yang lewat, Â saya membaca berita di koran Harian Metro Tabagael, kejadiannya di daerah Kota Padangsidimpuan, Â seorang anak perempuan yang masih sangat belia, umur 13 tahun, Â duduk di bangku Kelas 6 SD, ternyata sudah mengandung dua bulan. Â
Kegadisan putri kecil itu diduga direnggut oleh teman lelakinya yang selama ini dianggapnya sebagai pacar. Bermaksud menggugurkan kehamilan kekasih mungilnya, Â si pacar ingusan memberinya pil anjing untuk dikinsumsi. Â
Konon kabarnya mencapai 30 butir. Akibat over dosis, Â bukan hanya benih bayi yang tersimpan dalam rahimnya yang terbunuh, Â tapi sekalian ibu ciliknya pun tewas menyisakan gores pilu dan keheranan bagi keluarga, handai taulan, Â dan lapisan masyarakat.
Sebeginikah kualitas generasi penyambung gairah kemerdekaan di tahun-tahun millenium ini. Belum pula, Â kalau diexplore ke setiap sudut-sudut perkampungan, Â di pojok-pojok perkotaan, atau dahsyatnya lagi di jantung-jantung wilayah pusat pemerintahan, tidak akan tertutup kemungkinan, Â eksploitasi sexual anak, Â pergaulan bebas, Â pelecehan wanita, Â married by accident akan banyak ditemukan.
Kemudahan kaum perempuan terbuai rayuan maut yang penuh kebohongan dan penipuan kaum pria berhidung belang ditopang oleh minimnya bimbingan semangat kepahlawanan, baik di dalam keluarga, maupun di tengah warga. Sedikitnya peranan keteladanan orangtua, Â lambannya eksekusi dakwah para aktivis, Â melempemnya sistem manajemen yang ditanggungjawabi pemerintah, Â menohok semerbaknya peristiwa-peristiwa memalukan.
Kepercayaan kita,  kejadian biadab begituan bukanlah angan-angan individual dan jamaah negeri ini yang kata Anis Matta ibarat sepenggal firdaus, Koes Plus menyebut dalam lirik lagunya sebagai  "kolam susu". Olehnya, agar tamparan etika itu tidak pernah terulang di lingkaran berlangsungnya kemerdekaan berketuhanan,  berprikemanusiaan,  berpersatuan,  berpermusyawaratan,  dan berkeadilan sosial,  lapisan elemen stakeholders darurat bergandeng-tangan merumuskan, lalu merealisasikan rumusan itu ke fakta lapangan. Non stop, kontiniu,  non kompromi,  non "hangat-hangat tai ayam".
Gejolak semangat kepahlawanan yang tertuang dalam implementasi nyata kehidupan itulah kemudian yang menjadi indikasi kesyukuran atas nikmat kemerdekaan. Mengkarakterkan semangat kepahlawanan dan mendistribusikannya dalam karya nyata adalah cara yang seharusnya diaplikasikan dalam "Mensyukuri Kemerdekaan. "
Firman Allah SWT, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Â Ibrahim: 7)