"Harapan selalu ada, kamu mungkin saja melupakannya." ( Yamamoto)
"Apakah ini surga?" (Anak kecil)
'Ini adalah....." ( Yamamoto)
Itu adalah sepenggal dialog di awal film  "To Each His Own.'.Â
Film ini merupakan film Jepang dan sebuah Komedi- drama antologi  Perancis tahun 2007 yang dibuat untuk peringatan ke-60 dari Festival Film Cannes yang dirilis tanggal 27 Mei 2017.
Sepenggal dialog pembukaan film diatas dengan background pemandangan pantai di malam hari serta diiringi  film score yang membuat dramatisasi adegan pembukaan tersebut mampu menyentuh hati saya untuk menontonnya.
Setelah dialog pembukaan yang cukup dramatis, dan penampakan alam pantai yang seperti surga, penonton diajak ke sebuah kamar apartemen kecil yang berantakan, penuh dengan makanan  busuk seperti anggur busuk dan sampah-sampah lainnya  dan tampak Takashi Aoyama sedang bersiap untuk bekerja, sambil memakai kaos kaki Takashi mendengar musik rap dari tv nya. Lirik lagu rap tersebut berisi perasaan yang dirasakan setiap harinya. "Hari Senin, aku tidak ingin hidup. Aku tidak ingin berfikir pada hari selasa pagi." dst. Begitulah sepenggal lirik lagu tersebut.
Dari adegan tersebut saya bisa menduga bahwa tokoh utama dalam film tersebut sedang berada dalam tekanan ataupun stres.
Adegan selanjutnya adalah ruangan kantor tempat dimana Takashi bekerja, dimana setiap pagi bos mereka menyuruh mereka latihan pagi (peregangan atau olahraga ringan) yang dilanjutkan dengan membaca filosofi perusahaan berisi: Â telat 10 menit denda 1000 yen, tidak boleh cuti karena itu bentuk kemalasan, dsb.
Takashi sangat sulit mendapatkan pekerjaan jadi ketika dia dengan mudah mendapatkan pekerjaannya sekarang dia sangat bersyukur. Tetapi setelah mengetahui pekerjaan sebagai penjual atau sales jauh lebih berat dari yang diperkirakannya ditambah lagi dengan bosnya yang perfectsionis, otoriter, pemarah juga kasar Takashi mulai merasa tertekan dalam bekerja. Tiap hari Takashi mendapatkan perlakuan kasar dari bosnya karena bosnya tidak pernah menghargai hasil kerjanya dan juga karena Takashi belum mencapai target perusahaan.
Untuk mencapai target dan hasil penjualan yang diinginkan oleh bosnya, Â Takashi pun sering kerja lembur sampai tengah malam, bahkan karena sibuk dan lelahnya maka saat menjawab telpon ibunya Takashi tidak bersemangat dan cepat-cepat nengakhiri telpon.