"Aku malah senang," tukas si lelaki tua. "Anakku bakal datang berkunjung. Berdua dengan cucuku. Sudah setahun aku tak bertemu mereka. Hampir setahun."
"Begitukah?"
"Perempuan, umur 8."
Sutinah terbatuk.
Lelaki tua itu tersenyum, melanjutkan. Tak peduli dengan batuk teman duduknya. "Aku bawa hadiah buat cucuku." Membuka bagian atas keresek. "Kelihatan?"
Keresek putih. Bertulisan merek nama mal besar. Bekas orang kaya.
Sutinah melongokkan kepalanya, menemukan seekor anak kucing di dalam keresek, kecil terbaring bergelung dibungkus handuk kecil, dengan bulu coreng-moreng coklat kelabu. Kucing itu membuka matanya, menyipit, memandangi keduanya. Mulutnya bergerak-gerak seakan ingin mengeong, tapi tak keluar suara. Lelaki tua merapikan lagi keresek, membiarkan sedikit celah. "Cucuku sudah lama minta hadiah ini. Oh, ya, dia sudah mulai sekolah."
"Cucumu pasti bakal suka."
"Pasti."
Lelaki tua itu terdengar bersemangat. "Harusnya kamu juga punya cucu."
Sutinah membisu. Orang ini terlalu banyak omong.