Mohon tunggu...
Ichsan Wibawa
Ichsan Wibawa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Kami

10 Maret 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedungku semakin tinggi, tinggal beberapa balok lagi untuk mencapai titik tertinggi.

“Hei lihat laki-laki itu datang lagi … Oh! kali ini dia membawa seorang wanita” Do melongokkan kepalanya keluar dari bilik, ekornya bergoyang-goyang lucu.

“Ayo lihat sini! Lihat!”

Sebentar Do, gedungku hampir selesai. Jangan ganggu aku dulu.

“Benarkan kataku, akan ada seorang wanita lagi yang akan datang menganggumu!” Nar ikut melongok, membuatku jadi ingin tahu juga. Akhirnya aku tergoda untuk melongok keluar bilik. Di pintu ada dua orang. Aku sering melihat laki-laki itu, dia pulang dan pergi dari waktu-kewaktu. Tapi wanita berbaju panjang putih itu baru pertama kali kulihat, kurasa Nar benar. Si wanita pauslah yang mengundang wanita itu datang kemari.

“Kau tidak akan menyelesaikan gedungmu lagi .. ha ..ha..ha” Bee terbahak-bahak.

Diam Bee! Jangan mengolokku lagi. Hiks .. hiks … Aku benci Bee! Aku benci wanita berbaju putih itu!

Aku berusaha tidak ambil pusing, dan kembali membangun gedungku. Tapi tidak beberapa lama, bilikku hilang. Aku juga tidak bisa menemukan Do, Nar dan Bee. Walaupun aku benci Bee, tapi aku sayang padanya. Lalu ada cahaya terang dimataku, aku bisa melihat wajah si wanita putih dari dekat, dia mengacungkan sebuah benda bercahaya kemataku.

Mereka bertiga bicara menggunakan bahasa paus. Aku ingin kembali ke bilikku, aku berlari. Tapi si wanita putih menahan lenganku. Aku meronta, aku ingin bertemu Do, Nar dan Bee. Aku masih harus membangun gedungku.

Tiba-tiba muncul beberapa butir permen. Wanita putih itu menyodorkan permen. Dia tersenyum, aku tahu itu. Apakah ini untukku? Dia mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun