Mohon tunggu...
Ichsan Wibawa
Ichsan Wibawa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Kami

10 Maret 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita itu terus-menerus membuka mulutnya, aku tahu itu. Aku tidak bisa mengikuti ucapannya, mungkin dia bicara pada frekuensi rendah seperti paus, sehingga manusia tidak bisa mendengarnya. Aku kembali ke bilikku dan kembali berbincang dengan Do.

Do, bebek putih berbaju dan bertopi pelaut berwarna biru kembali tertawa terbahak-bahak. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, suaranya seperti bebek.

“Wanita itu menangis lagi” Katanya.

Wanita yang mana?

“Wanita yang ada disampingmu” Katanya lagi.

Aku tidak mengerti ucapannya, apakah maksudnya si wanita paus? Tapi kini aku berada di dalam bilik, aku tidak bisa melihatnya lagi.

“Dia akan mengundang seorang wanita lagi, aku dengar tadi dia bicara dengan benda kecil ditelinganya” Nar, seorang ninja berambut kuning berbaju oranye ikut bicara.

Aku tidak mau ambil pusing, itu bukan urusanku. Aku masih harus membangun gedungku. Gedungku sudah hampir selesai.

“Sudahlah, kau tidak akan bisa menyelesaikan gedung itu .. dari dulu juga begitu!” Bee, si robot perubah bentuk berwarna kuning lagi-lagi bicara sarkasme. Aku benci Bee, dia selalu merendahkanku.

Hiks… hiks … membuatku ingin menangis saja. Bee bodoh!

Aku keluar bilik, lalu menjerit, menangis. Aku benci Bee! Dia selalu berkata buruk, aku pasti akan menyelesaikan gedungku, aku akan membangun gedung tinggi. Wanita paus itu datang dan meraih kepalaku, benar kata Do. Dia juga menangis, terkadang aku mendengar dan mengerti ucapannya, ketika dia tidak bicara dalam bahasa paus. Tapi lebih sering aku tidak mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun