Perbincangan terus berlanjut, Angga benar-benar dalam pengaruh alkohol. Obrolannya terasa begitu mengalir, kata demi kata; kalimat demi kalimat, terangkai begitu mudah.
"Eh, Bella ... Elu jangan maruk dong!"
tiba-tiba seorang wanita memotong percakapan mereka. Bella menoleh, meliriknya dengan tatapan sinis.
"Dia, udah punya gua! " jari telunjuk wanita itu menempel di dada Angga.
"Lah, siapa yang maruk ceu? Dia-nya aja yang negor saya duluan!" Bella ketus.
"Elu mah enak Bel, udah dapet banyak pelanggan! Lah, gua? ... Dari sore penglaris aja kagak ada!" wanita itu kembali menggerutu.
"lah, emang saya salah apa, ceu? Kok, marah-marahnya sama saya?" timpal Bella, tak mau kalah.
"Udah lah, Bel! Males gua ngomong sama, elu!"
Angga hanya mematung dengan bibir yang menganga, memperhatikan kedua kupu-kupu malam itu sedang beradu mulut.
"Ayo bang, kita lanjutin lagi minumnya!" wanitu itu menarik pergelangan tangan Angga, sambil menggerutu.
Bella adalah primadona baru ditempat itu. Para pelanggan setia kafe pasti kenal siapa Bella, bahkan banyak dari mereka yang tak segan-segan mengantri hanya demi mendapatkan service gadis cantik itu. Dan yang pasti, mereka harus bersiap merogoh kocek lebih dalam.