Angga segera menghampiri. Paras cantik itu sedang bediri bersandar memainkan ponsel di dekat pintu masuk kafe.
"Hai ... !" sapa Angga, membuka pembicaraan.
Gadis berparas cantik itu tak terlalu menggubris, bahkan terkesan dingin. Sepertinya, Ia sudah sangat  berpengalaman menghadapi perangai para pria hidung belang dengan modal terbatas, khususnya para remaja.
"Em ... , kamu yang waktu itu diseret-seret sama bapak-bapak itu kan?" tanya Angga.
Gadis itu melirik kearah Angga, lalu kembali fokus bermain ponsel yang ada dalam genggamannya.
"Kok kamu tau? Emang kamu liat?" gadis itu bertanya balik.
Angga mengangguk. "Saya pas kebetulan lewat waktu itu. Oh iya, nama saya Angga. Nama kamu siapa?" menjulurkan tangannya.
"...Bella."
"Oh, ... itu tadi pacar kamu?" wajahnya menoleh ke arah pria yang berdiri didepan meja kasir.
Gadis itu mengernyitkan dahi, lalu memiringkan kepalanya. Sesaat, Ia memandangi raut wajah lawan bicaranya yang terlihat begitu serius.
"Eh ... , kamu itu kuper amat sih! Di sini, mana ada yang namanya pacar, udah ah." Gadis itu mengelengkan kepalanya terheran-heran, diiringi senyum menyimpul di sudut bibirnya.