Terjadi hilangnya memori jangka pendek. Meskipun memori ini dapat kembali namun membutuhkan waktu lama.
Terjadi gangguan sensorik dan motorik, terkadang penderita bisa merasakan panas atau dingin terkadang tidak bisa.
Hilangnya kemampuan baca-tulis karena cidera otak pertama kali ditemukan 2000 tahun yang lalu. Pada penutur multilingual, aleksia murni tidak menghilangkan seluruh kemampuan baca tulisnya. Hinshelwood menemukan bahwa seorang warga Inggris yang terserang stroke pada usia 34 tahun kehilangan kemampuan baca tulis dalam bahasa Inggris, namun dalam bahasa Latin dan Prancis masih bisa meskipun tidak lancar, adapun dalam bahasa Yunani sama sekali hilang. Penguasaan bahasa ibunya (bahasa Inggris) dan bahasa asing yang pernah dipelajarinya (bahasa Prancis, Yunani dan Latin), secara lisan tidak mengalami hambatan sedikitpun (dalam Obler & Gjerlow, 2000).
Dalam perkembangan kajian mengenai aleksi murni ditemukan beberapa variasi hilangnya kemampuan baca-tulis. Beberapa kasus menunjukkan kemampuan mengenali huruf-huruf namun tidak dapat membaca rangkaiannya. Kasus lain menunjukkan kemampuan membaca suku kata saja tetapi tidak bisa membaca perkata (yang disebut aleksia literal). Ada pula yang tidak dapat membaca huruf tetapi dapat mengenali angka dengan mudah. Berbeda halnya dengan aleksia murni di Cina dan Jepang. Pada bahasa Cina setiap simbol mewakili makna satu kata (logografis) sehingga penyandang aleksia murni kesulitan membaca dan memaknainya. Pada bahasa Jepang ortografinya lebih kompleks, terdiri dari huruf 'kanji' yang merepresentasikan kata dan 'kana' yang berfungsi membentuk suku kata dan kata serapan. Penyandang aleksia murni akan menemui kesulitan pada salah satu jenis ortografi, kanji atau kana saja (Obler & Gjerlow, 2000).
Aleksia afasia
Ciri yang menonjol yaitu kesulitan berbahasa sehingga kemampuan membaca dan menulis terkendala
Ketika berbicara sering keliru dan tidak dapat dipahami orang lain
Biasanya disertai dengan gangguan sensori dan kelumpuhan di sisi kanan
Berbeda halnya dari aleksia agrafia dan aleksi murni, penderita aleksi afasia tidak mengalami penyempitan lapang pandang kanan. Namun gerakan bola matanya tidak beraturan.
Selain pembagian jenis disleksia di atas, berdasarkan area kerusakan otak yang dialami penderitanya, disleksia dapat dibedakan yaitu disleksia fonologis, disleksia luar dan disleksia perkembangan.
Disleksia fonologis terjadi pada penderita kerusakan otak di sekitar jaringan penghubung lobus parietalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Akibatnya penderita mengalami kesulitan membaca secara fonetis, artinya dia hanya mampu membaca suku kata yang pernah dikenalinya sebelum kerusakan otak tersebut terjadi. Dia tidak dapat mengenali kata-kata baru.