Jerry kembali menatap kakaknya. Berharap mendapatkan jawaban yang menenangkan hatinya.
"Kau terus seperti ini juga tak berguna. Dari awal aku sudah bilang dia suka sama kau. Kau tak yakin. Sekarang hubungan kalian memburuk kau baru bertanya-tanya. Berharap mendapat jawaban yang membuat kau tenang."
Benar juga, ujar Jerry dalam hati. Entah sudah berapa orang yang mengatakannya begitu. Tapi dia tetap saja tak yakin. Karena itu juga dia tidak menyatakan perasaannya. Sekarang setelah Julia menjauh darinya, dia gelisah setiap hari. Berharap hari-hari sebelumnya terulang kembali.
"Kau orangnya gengsi setinggi langit. Mana mau mengalah. Mulutmu saja yang bilang sudah mencoba. Tapi aku berani taruhan, kau masih setengah-setengah. Baru lihat dia dekat dengan laki-laki lain saja kau ikut-ikutan memancing dia. Itu justru menunjukkan kau tak peduli padanya."
Jep! Sepertinya sebatang tombak baru saja ditancapkan ke hatinya. Apa yang dikatakan Mitha apa adanya. Dan memang itu yang dilakukannya.
"Aku sudah berusaha. Tapi dia ...."
"Dia kenapa? Kenapa tak bilang kau saja? Bisanya cuma mencari pembenaran. Dia gadis yang pemalu dan tertutup. Aku sudah bisa menebaknya waktu pertama kali bertemu dengannya. Lagipula, biasanya perempuan akan menyembunyikan perasaannya. Sebab kalau dia terlalu jelas menunjukkannya, dia akan merasa malu sekali kalau laki-laki itu tak menyukainya. Sudahlah, aku tak mau terlalu memberi tahu rahasia perempuan padamu. Kamu sendiri yang harus mencari tahu."
"Jadi, aku harus mencoba lagi?"
"Terserah kau. Tapi kalau kau mencoba setengah-setengah, mending tak usah. Kau harus merobohkan dinding ego dan gengsi yang kau pertahankan selama ini. Semoga saja berhasil."
Jerry terdiam. Mencermat kata-kata kakaknya sepenuh hati. Kemudian dia mengangguk sendiri. Dia menatap lagi pada Mitha.
"Kau pernah suka orang tidak?"