Jerry tersenyum padanya. Senyum yang sudah beberapa hari tidak bisa dtunjukkannya. Senyum yang menggetarkan setiap perempuan yang menatapnya. Jantung Julia terpaksa selama beberapa waktu ini harus bekerja lebih keras. Tapi dia merasa begitu bahagia. Dan saat paling berbahagia dalam hidupnya adalah saat ini.
Jerry memegang kedua bahu Julia. Menatapnya dalam-dalam. Kemudian tersenyum begitu menenangkan hatinya.
"Kamu jangan bersedih lagi. Tersenyumlah!"
Julia menundukkan kepalanya. Lalu menatap lagi pada Jerry dengan rona merah di wajahnya. Dia tersenyum begitu manisnya. Air matanya baru separuh kering. Hidungnya sedikit merah karena beberapa kali diusap dengan kasar. Tapi pesonanya tak berkurang di mata Jerry.
"Sekarang, kamu bersiap-siap dulu. Aku pernah berkata ingin mengajakmu makan di depan Juwita. Sekarang masih siang. Sebentar lagi kita ke sana."
Julia menatap Jerry sebentar. Agak heran karena Jerry mengajaknya keluar.
"Ayolah! Bagaimanapun ini hari ulang tahunmu. Kamu juga tak bisa terus-terusan hidup dalam kenangan yang tak menyenangkan. Ijinkan aku lebih memperhatikanmu," ujar Jerry berusaha meyakinkan Julia. Dia menggenggam tangan Julia dan terseyum penuh harap pada Julia.
Julia akhirnya mengangguk. Dan Jerry pun tersenyum bukan main senangnya.
"Aku mandi dulu tak apa-apa, Jer?"
"Tak apa-apa. Kebetulan aku mau pergi sebentar. Tapi aku segera balik lagi," ujar Jerry menuju motornya.
"Ok!" jawab Julia dan melambaikan tangan saat Jerry melaju dengan motornya.