Mohon tunggu...
WINDA WATI
WINDA WATI Mohon Tunggu... Guru - GURU SD

Saya adalah seorang guru SD di salah satu SD Negeri Di Kota Surakarta. Hobi saya membaca. Selain membaca saya juga punya hobi berkeliling di tempat yang mengandung nilai sejarah seperti candi, dantempat-tempat bersejarah lainnya. Saya memiliki kepribadian yang cenderung ceria , tapi mudah tersinggung. Saya juga orang yang pemaaf.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Parctices PPL 1

6 Juni 2023   21:59 Diperbarui: 6 Juni 2023   22:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemanfaatan Video Pembelajaran dan Media Permainan Dakon

Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Pembagian Bilangan Bersisa

Pada Peserta Didik Kelas IV Tunagrahita di SD Negeri Petoran Surakarta

Tahun 2022/ 2023

Oleh : Winda Wati, S.Pd

 

Tunagrahita atau disabilitas intelektual merupakan istilah resmi yang digunakan di Indonesia untuk menyebut suatu keadaan yang terjadi pada individu dengan kemampuan intelektual yang mengalami gangguan karena tingkat kecerdasan yang berada di bawah rata-rata (Panzilion et al., 2021; Rojabtiyah, 2019; Wulandari, 2016).

Berdasarkan tingkatannya, tunagrahita dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: tunagrahita ringan (dengan IQ: 51-70), tunagrahita sedang (dengan IQ: 36- 51), tunagrahita berat (dengan IQ: 20- 35), tunagrahita sangat berat (dengan IQ di bawah 20) (Rojabtiyah, 2019).

Meskipun mereka mengalami banyak hambatan  dalam kemampuan literasi, bina diri, kemampuan untuk mengendalikan diri, ketrampilan berkomunikasi, bersosialisasi serta kemampuan dalam berhitung (matematika), tetapi mereka mempunyai hak yang sama mendapatkan pendidikan yang layak.

Kemampuan berhitung pada anak tunagrahita memiliki manfaat untuk aktifitas sehari-hari, misalnya pada saat membeli bahan makanan atau membeli perlengkapan, mengelola keuangan secara sederhana, membeli obat-obatan, menggunakan transportasi umum. Selain itu kemampuan berhitung juga merupakan dasar kesiapan anak tunagrahita untuk mengikuti pendidikan.

Anak tuna grahita mengalami kesulitan di dalam berhitung. Anak tunagrahita juga memiliki kekurangan dalam mempelajari konsep berhitung misalnya penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.  

Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran . Beberapa kendala yang menjadi latar belakang dari masalah dalam kegiatan pembelajaran kali ini antara lain :

Kurangnya kemampuan peserta didik tunagrahita dalam berfikir abstrak, sehingga menjadikan mereka sulit membayangkan sesuatu misalnya konsep pembagian bersisa . PDBK tunagrahita memerlukan hal yang konkrit / riil (nyata) dalam pembelajaran supaya lebih mudah dalam memahami materi.

Kurangnya pendampingan khusus dari guru bagi PDBK tunagrahita yang ada di dalam kelas sehingga sulit dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Kurangnya pemahaman guru terhadap kondisi PDBK tunagrahita, sehingga sering kali materi yang disampaikan untuk PDBK disamakan dengan peserta didik reguler lainnya.

Media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik atau bahkan tidak menggunakan media saat pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak menyenangkan dan rendahnya nilai peserta didik di mata pelajaran matematika khususnya di materi pembagian bersisa.

Dari latar belakang tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan prestasi peserta didik rendah di mata pelajaran matematika khususnya di materi pembagian bersisa yaitu kurangnya pemahaman PDBK tunagrahita dalam berfikir abstrak, kurangnya pendampingan khusus pada PDBK tunagrahita, kurangnya pemahaman guru terhadap PDBK  tunagrahita,  penggunaan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang inovatif dan bervariatif sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan terhadap pembelajaran.

Praktik pembelajaran ini menurut saya penting untuk dibagikan sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran di kelas. Selain itu, mungkin ada juga guru lain yang mengalami permasalah yang sama, sehingga selain untuk memotivasi diri saya sendiri juga diharapkan dapat menjadi referensi atau inspirasi bagi rekan guru lain.

Selain itu juga dikarenakan peserta didik tunagrahita membutuhkan media yang konkret dan menarik sehingga mempermudah dalam memahami materi dalam pembelajaran. Media permainan dakon dan video pembelajaran dapat membantu PDBK tunagrahita untuk memahami konsep pembagian bersisa. Selain itu juga terdapat pendampingan khusus bagi PDBK tunagrahita saat pembelajaran berlangsung.

Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator untuk menjembatani peserta didik dalam mempermudah memahami pembelajaran dalam konsep nilai tempat suatu bilangan. Guru juga berperan sebagai penanggung jawab untuk melakukan proses pembelajaran ini secara efektif dengan menggunakan metode, model dan media pembelajaran yang tepat serta inovatif. Sehingga, tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 

Setelah melakukan identifikasi masalah melalui observasi, refleksi dan melakukan pendalaman melalui kajian literatur, wawancara kepada rekan sejawat guru, dan kepala sekolah maka ditemukan beberapa tantangan yang dihadapi oleh guru, antara lain :

Keadaan / kondisi peserta didik yang berbeda-beda dalam satu kelas di sekolah inklusi sehingga menuntut guru untuk lebih kreatif dalam mengelola kelas.

Pemilihan media yang sesuai dan tepat bagi PDBK tunagrahita di sekolah inklusi.

Pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang tepat bagi PDBK tuna grahita yang ada di kelas inklusi yang berdeferensiasi.

Dalam kegiatan pembelajaran ini pihak-pihak yang terkait antara lain :

Guru : Saya sendiri sebagai guru yang memberikan pembelajaran / sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran ini.

Kepala sekolah : sebagai penanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah.

Rekan guru : berperan membantu / melakukan rieview terhadap kegiatan pembelajaran.

Dosen pembimbing dan guru pamong : berperan membimbing mahasiswa selama kegiatan pembelajaran supaya berjalan dengan baik.

Peserta didik : peserta didik reguler dan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK tunagrahita) yang bertindak sebagai sampel.

Orang tua : mendukung semua kegiatan yang dilakukan di sekolah demi perkembangan peserta didik.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran ini antara lain:

Menyusun modul ajar yang berakomodasi pada mata pelajaran matematika materi pembagian bersisa.

Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain : video pembelajaran yang sesuai, media permainan dakon , LCD proyektor, LKPD dan sarana prasarana yang lainnya.

Pemilihan video pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Adapun video pembelajaran dibedakan antara peserta didik reguler dengan PDBK yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

Menurut Waluyanto, 2006 , kelebihan dari video pembelajaran dalam proses belajar mengajar antara lain :

lebih mudah diingat penggambaran karakter yang unik. efektif karena langsung pada sasaran yang dituju.

lebih fleksibel mewujudkan hal-hal yang khayal.

kaya akan ekspresi warna sehingga lebih menarik

Selain menggunakan video pembelajaran , juga digunakan media konkret yaitu media permainan dakon. Untuk media permainan dakon tidak dibedakan antara siswa reguler dengan PDBK tuna grahita.

Adapun kelebihan dari media permainan dakon untuk  memahami konsep pembagian bersisa , antara lain :

Menkonkretkan konsep materi yang dipelajari.

Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik

Membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep pembelajaran yang abstrak menjadi situasi yang nyata

Memantapkan pengetahuan siswa dalam memahami konsep pembagian bersisa.

Dengan adanya lubang-lubang pada permainan dakon, maka akan lebih mempermudah PDBK tunagrahita di dalam melakukan pembagian bersisa dengan cara pengurangan. Yaitu memasukkan setiap biji ke dalam lubang dakon.

Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari beberapa langkah :

Kegiatan pendahuluan,

Kegiatan ini terdiri dari kegiatan apersepsi, absensi dan presensi kemudian dilanjutkan dengan doa.

Kegiatan Inti

Kegiatan ini dimulai dengan pertanyaan pemantik.  Peserta didik dibentuk kelompok , dimana setiap kelompok diberikan soal pembagian bersisa.  Bagi PDBK tunagrahita soal pembagian disesuaikan dengan kemampuan anak.

Kemudian penayangan video pembelajaran yang akan menambah pemahaman peserta didik tentang konsep pembagian dengan pengurangan berulang menggunakan media permainan dakon. Video yang digunakan peserta didik reguler dan PDBK tunagrahita berbeda. Dilanjutkan dengan demonstrasi penggunaan media permainan dakon 

Selama kegiatan inti berlangsung terdapat pendampingan khusus bagi PDBK tunagrahita.

Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diisi dengan kegiatan refleksi dan kesimpulan terhadap pembelajaran

Proses , keterlibatan dan sumber daya :

Pada proses awal pembelajaran yaitu menyediakan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan karakterisitik sekolah dan kondisi peserta didik, kemudian menyediakan materi ajar, video pembelajaran dan LKPD.

Selain itu juga menyediakan sumber daya / perlengkapan untuk media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran seperti hp android, LCD proyektor,  speaker, laptop , sinyal internet dan media pendukung lainnya.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran ini antara lain :

Kepala sekolah : Selaku penanggung jawab semua kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Mengkoordinasi dengan Kepala sekolah terkait pelaksanaan kegiatan pembelajaran inovatif dengan media pembelajaran yang akan dilakukan disekolah.

Teman sejawat guru : membantu pelaksanaan kegiatan PPL dan merieview semua kagiatan selama pembelajaran.

Dosen pembimbing dan guru pamong : membimbing mahasiswa selama kegiatan PPL berlangsung (memberikan penguatan dan masukan untuk mahasiswa supaya lebih baik lagi)

Peserta didik (peserta didik reguler dan PDBK tunagrahita) : menjadi peserta didik saat PPL

Dampak dari aksi langkah-langkah yang dilakukan yaitu berdampak positif bagi peserta didik.

Dengan menggunakan video pembelajaran dan media kantong bilangan , dapat  menciptakan kegiatan pembelajaran yang interaktif antara peserta didik dan guru sehingga terjadi peninggkatan pemahaman terhadap konsep nilai tempat bilangan. Terbukti dengan nilai pada evaluasi peserta didik yang meningkat mencapai nilai KKM yaitu 70 serta sudah tidak terbolak-balik dalam menentukan nilai tempat suatu bilangan. 

Kegiatan pembelajaran ini sangat efektif karena :

Dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika materi pembagian bersisa sehingga mempermudah peserta didik untuk memahami materi .

Memotivasi guru-guru lain untuk melaksanakan pembelajaran inovatif disekolah.

Terdapat beberapa respon yang muncul dari berbagai pihak setelah pembelajaran ini dilaksanakan , antara lain :

Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran ini sangatlah antusias dan senang, bisa dilihat saat kegiatan refleksi akhir pembelajaran. Adanya peningkatan pemahaman terhadap konsep pembagian bersisa dengan pengurangan berulang.  Media yang digunakan juga menarik minat siswa serta memudahkan siswa dalam memahami materi.

Respon rekan sejawat terhadap kegiatan pembelajaran ini sangat positif. Dibuktikan dengan komentar yang diberikan teman sejawat guru yang menyatakan bahwa pembelajaran terlihat menyenangkan dan proses belajar mengajar berjalan sangat interaktif karena peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran.

Yang menjadi faktor keberhasilan dari strategi ini antara lain :

Penguasaan guru terhadap media pembelajaran serta langkah-langkah pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat.

Kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat yaitu kepala sekolah, teman sejawat guru, dosen pembimbing, guru pamong, peserta didik dan orang tua.

Pembelajaran yang bisa diambil dari keseluruhan proses ini adalah melatih guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam memilih media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan pembelajaran lebih berpusat pada siswa, sehingga meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami konsep pembagian bersisa dengan cara pengurangan berulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun