Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Muak

2 Desember 2023   21:15 Diperbarui: 2 Desember 2023   21:32 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source pict: hidaalmaida

            Sekonyong-konyong, Rayyan meletakkan bekas kaleng minuman dinginnya ke telapak tangan Nara. "Lain kali, remukkan sesuatu, bakar sesuatu, robek sesuatu, atau lakukan apapun saat kau marah, Nara. Jangan memendamnya, tapi jangan melampiaskannya juga dengan cara yang bodoh. Sesaat kau akan terlihat keren, tapi kau juga akan terlihat bodoh. Jika dengan bersikap tidak peduli tidak membuatnya jera, selamatkanlah dirimu dengan lari dari hal-hal yang membuatmu muak itu, Nara."

            Nara bergeming. Namun, seolah diprogram, tangannya mengepal meremukkan kaleng minuman Rayyan. "Kau tidak bisa lepas dari rasa muak itu, Nara. Sebab memang ada banyak manusia memuakkan di dunia ini. Kau cuma perlu mencari pelarian untuk lebih tenang," petuah Rayyan kemudian. Mendadak, orang tidak dikenal itu menjelma bak motivator.

            Matahari sudah tepat di atas kepala. Terik bukan main. Sayup-sayup terdengar suara adzan zuhur berkumandang. Namun, amarah Nara padam. Isi kepalanya yang riuh, mendadak tenang. Bersama Rayyan, dia mengumpulkan sampah bekas makanan mereka juga sampah lainnya yang dibuang sembarangan di dekat bangku taman perpustakaan. Mereka sibuk. Meski begitu, gumaman Rayyan masih terdengar olehnya.

            "Benar ternyata, tidak ada tempat sembunyi yang lebih baik di dunia ini selain diri sendiri."

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun