Mohon tunggu...
Hesti anasari
Hesti anasari Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Aku adalah seorang Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Percaya Diri... Why?

2 Februari 2024   12:40 Diperbarui: 2 Februari 2024   12:57 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

hidup dalam keadaan pesimis dan merasa kurang yakin

Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan pedoman observasi, wawancara dan alat pencatat dokumentasi. Pedoman observasi dilakukan untuk mengetahui rasa percaya diri subjek, khususnya pengungkapan rasa percaya diri yang dapat diketahui orang lain mengenai tingkah laku anak di dalam kelas baik terhadap teman, terhadap guru maupun juga diluar kelas, baik terhadap teman yang tidak satu kelas dan terhadap guru yang tidak mengajar di kelasnya. Wawancara dilaksanakan dari anak dan dari sumber data. Banyak data tentang murid yang sudah dicatat dalam beberapa alat pencatat dokumen seperti dalam buku induk, raport, buku pribadi siswa, dan lain sebagainya.

Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah atau dianalisis terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan. Alasan penelitian ini menggunakan metode diatas karena data tersebut bersifat kualitatif, subjek yang diteliti hanya satu orang dan data yang diperoleh akan diuraikan secara deskriptif.

dilakukan "AG". Walaupun sikap dan tindakannya tidak merugikan orang lain, kadang-kadang menghambat proses pembelajaran karena guru sering meng- hampiri dan waktunya tersita. Sikap dan tindakannya  mengundang rasa belas kasihan, wajahnya pucat, badannya besar susah untuk beraktifitas, dan pandangannya kosong karena sering melamun.

Tahapan pendekatan dan penanganan anak. "AG" sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak seperti siswa pada umumnya, seperti: sering diam melamun, sering menghela napas panjang, prestasi naik turun dan terlihat kecemasan. Dalam penggalian data ditemukan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan "AG" memiliki sikap dan tindakan yang tidak seperti siswa lainnya. Perilaku "AG" yang tidak mandiri dibentuk dari pola asuh dan pendidikan keluarganya yang selalu melayani dan menyediakan kebutuhan "AG" sehingga dia tidak memiliki keberanian atau melaksanakan sesuatu.

Perlakuan keluarganya mempengaruhi perkembangan "AG", mereka tidak menyadari bahwa tindakannya tidak menjadikan lebih baik malah  sebaliknya menjadikan dia kehilangan rasa percaya diri. Untuk keberhasilan seseorang baik itu dalam hal berprestasi, bersosialisasi atau pergaulan senantiasa memerlukan rasa percaya diri.

Sejak kecil "AG" mudah tersinggung, jika melakukan kesalahan dan mendapat teguran dari orang tua maupun kakak kakanya, dia langsung lari mengurung diri di kamarnya. Kemudian untuk pekerjaan lain dia tidak berani mencoba kalau tidak disuruh. "AG" sering curiga terhadap teman-temannya yang tertawa dan bicara didekatnya, mungkin mereka membicarakan dan menjelek-jelekkan diri nya apalagi porsi badannya sejak kecil sudah gendut. Akibatnya, dia malas bergabung dengan teman-temannya yang sedang mengobrol dan bersendau-gurau. "AG" mudah putus asa, kegagalan yang dialaminya merupakan musibah yang sangat besar. Kegagalan mencari jati dirinya, kegagalan mencapai peringkat satu merupakan hal yang memalukan. Kegagalannya selalu membayangi dirinya, sehingga dia malas melakukan suatu hal atau malas berusaha agar ia tidak gagal lagi. Dia malas mendengarkan keterangan guru, menurutnya yang menyebabkan tidak dapat mencapai peringkat

satu adalah guru-gurunya. Pada pelajaran olah raga dia jarang ikut karena untuk bergerak saja "AG" sudah merasa kesusahan. Untuk pelajaran yang lain dia mengikuti dengan baik, meskipun dengan meletakkan kepala di bangku atau dengan melamun atau sambil menulis artinya dia tidak pernah bolos sekolah. "AG" tidak pernah merasa puas dengan apa yang pernah diraihnya. Pada umumnya anak-anak senang kalau mendapat nilai baik atau menang dalam lomba. "AG" tidak begitu jika tidak mendapatkan nilai baik atau tidak memperoleh juara satu, dia merasa kecewa karena usahanya tidak berhasil.

Penyebab kurang percaya diri pada "AG":

Sikap orang tua.

Pola asuh keluarga yang otoriter menyebabkan anak merasa tertekan. Orang tua "AG" menuntut dia berhasil dalam segala hal, sehingga apabila "AG" mengalami kegagalan hal ini membuatnya merasa bersalah, putus asa dan krisis percaya diri. "AG" menganggap di dalam keluarga tidak ada kebebasan bertindak dan berpikir, tekanan mempengaruhi perkembangannya. Selain itu, ketidak harmonisan dalam keluarga "AG", membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga dimanapun berada merasa rendah diri;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun