Mohon tunggu...
Hesti anasari
Hesti anasari Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Aku adalah seorang Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Percaya Diri... Why?

2 Februari 2024   12:40 Diperbarui: 2 Februari 2024   12:57 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Percaya diri yaitu kemampuan dalam meyakinkan diri pada kemampuan yang kita miliki atau kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik untuk diri sendiri ataupun lingkungan sekitar. Kepercayaan pada diri sendiri dapat diamati melalui sikap percaya diri yang meliputi keberanian, hubungan sosial, tanggung jawab dan harga diri.

Pada umumnya manusia mempunyai rasa percaya diri, namun rasa percaya diri itu berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Ada yang memiliki rasa percaya diri kurang dan ada yang memiliki lebih, sehingga keduanya menampakkan perbedaan tingkah laku. Jika seseorang mempunyai rasa percaya diri kurang, ia akan menunjukkan perilaku yang berbeda dengan orang pada umumnya seperti tidak bisa berbuat banyak, selalu ragu dalam menjalankan tugas, tidak berani berbicara banyak jika tidak mendapat dukungan dan lain sebagainya kekurangan-kekurangan yang dirasakan. Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri lebih, ia merasa yakin dengan kemampuannya sendiri sehingga dapat dilihat tingginya keberanian, hubungan sosial, tanggung jawab serta harga dirinya.

Rasa percaya diri itu bisa dibangun dan dikembangkan secara positif dan objektif sejak anak usia balita. Pengaruh utama dan pertama untuk memasuki kesan-kesan yang menarik bagi anak adalah lingkungan, karena lingkungan merupakan faktor yang pertama anak mengalami perubahan. Anak akan meniru tingkah laku maupun ucapan yang ia lihat, misalnya ketika anak bermain atau bersama teman-temannya, nampak sikapnya yang polos, mau menang sendiri, merebut dan menggunakan mainan yang ia lihat dengan tanpa merasa takut dan malu. Mengingat betapa pentingnya rasa percaya diri ini, maka setiap tempat dan suasana perlu dibangun secara optimal dan positif. Bagi orang tua dan guru diharapkan wajib membantu perkembangan rasa percaya diri pada anak dan sama- sama saling menyadari bahwa dengan dimilikinya rasa percaya diri yang positif pada diri anak akan membawa keuntungan di berbagai pihak.

Bimo Walgito (1983) memberikan batasan bahwa Self Confidence yaitu kepercayaan pada diri sendiri bahwa dirinya juga mempunyai kemampuan seperti

teman-temannya untuk mencapai prestasi yang baik. Sejalan dengan pengertian tersebut dalam nada yang berlainan tanpa mengurangi arti, Jalaluddin Rakhmat (1992) menyatakan bahwa keinginan menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Seorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi.

Ada berbagai penyebab perasaan rendah diri seseorang berkembang lebih kuat dan ada pula yang kurang kuat berkembang. Ketidak-mampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang jelas, sedangkan kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan kepercayaan pada diri sendiri dan rasa superioritas.

Singgih D. Gunarsa (1991) berpendapat bahwa sikap anak yang pasif, rendah diri, mempunyai kecenderungan agresif dan lain sebagainya merupakan faktor yang menghambat anak dalam menampilkan prestasi yang diharapkan. Anak-anak ini biasanya dikarakteristikkan sebagai anak yang mempunyai konsep serta harga diri yang kurang baik dan juga tampak kurang ada rasa aman di dalam dirinya untuk dapat berprestasi dengan baik.

Anak yang penuh percaya diri cenderung lebih tenang dibandingkan dengan mereka yang kurang yakin akan kemampuan dirinya. Mereka tampak tidak gugup menghadapi persoalan atau perubahan lingkungan, sebab mereka merasa cukup dapat menguasai persoalan atau lingkungan tersebut. Disamping  itu, anak akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menempuh resiko dan mencoba hal-hal baru. Sifat-sifat khusus ini akan dijumpai dalam setiap aspek- aspek kehidupannya, baik dalam kehidupan sosial, lingkungan pendidikan maupun lingkungan pekerjaan. Orang yang senang akan hal-hal baru banyak memperoleh pelajaran, baik dalam keberhasilannya maupun kegagalannya. Orang semacam ini tidak menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang menyedihkan, memalukan dan mematahkan semangat melainkan menjadi tahap untuk memulai langkah berikutnya ke arah keberhasilan. Mereka tidak memandang kesalahan sebagai pertanda ketidak-mampuan atau kebodohan. Kesalahan baginya adalah sesuatu yang wajar terjadi dan oleh karenanya harus dikaji agar dapat dihindari

atau dikurangi, karena kesemuanya untuk terus berjuang dan pantang menyerang inilah biasanya anak cepat berkembang menjadi seorang ahli dibidangnya. Posisi ini tentu akan semakin mempertebal rasa percaya dirinya. Membina anak hingga memiliki rasa percaya diri berarti menghantar anak tersebut kepada suatu lingkaran atau spiral panjang yang positif dalam kehidupannya. Percaya diri menyebabkan anak menjadi kreatif, senang ber-eksperimen dan berani menempuh resiko. Kesenangan dan keberanian ini akan menghasilkan berkembangnya kecakapan atau kemampuannya; pertambahan kecakapan atau kemampuan akan menambah rasa percaya dirinya; bertambahnya rasa percaya diri menyebabkan bertambahnya kreativitas, dan seterusnya selama hidup si anak. Sebaliknya, anak yang tidak mempunyai rasa percaya diri akan takut ber-eksperimen, tidak kreatif sehingga dengan demikian kecakapan atau kemampuannya kurang berkembang dan ini akan menyebabkan semakin merosotnya rasa percaya diri pada anak tersebut. Berlangsunglah kemudian lingkaran atau spiral panjang negatif sepanjang hidup si anak bila tak terjadi perubahan atau intervensi.

Yang dimaksud dengan kurangnya rasa percaya diri dalam penelitian ini dapat diartikan keinginan menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Seorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Dalam hal ini yang akan diungkap dalam kasus ini adalah seorang siswa yang mempunyai sikap yang berbeda dengan yang lain di kelasnya, yakni sering diam, sering menghela napas panjang, nampak mau menang sendiri, mempunyai bentuk tubuh yang berbeda dengan teman lain dan terlihat ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun