Mohon tunggu...
Hertasning Ichlas
Hertasning Ichlas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Seorang penulis lepas dan peneliti antropologi pembangunan terutama relasi negara, hukum dan sektor agraria di Van Vollenhoven Institute, Universitas Leiden.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bambang Pranoto dan Kisah Minyak Kutus-Kutus

16 Juli 2024   16:22 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:10 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambang Pranoto di studio musiknya credit foto: Kutus-Kutus Property International BV

Foto Bambang Pranoto credit foto: Kutus-Kutus Property International BV
Foto Bambang Pranoto credit foto: Kutus-Kutus Property International BV
SELAMA hidup di Bali yang kisahnya tak selalu bermandikan sinar matahari dan kilauan pelangi Ia kerap mendapat tawaran pekerjaan untuk kembali menjadi tukang profesional berpangkat tinggi dan bergaji besar di Jakarta.
 
Ia bergeming. Ia selalu merasa akan mendapatkan sesuatu yang besar di Bali.

Sesuatu yang besar itu pun datang pada kisaran 2011.

Saat itu Ia membawa banyak barang di tangannya mondar-mandir pergi ke restoran miliknya yang hanya berbilang meter dari rumahnya. Jalanannya agak unik berupa pematang kecil menyusuri dua kali yang bersisian. Ia terperosok masuk ke lubang yang tak terlihat matanya hingga terjeblos ke pangkal paha.

Ia kemudian lumpuh.

Seketika hidupnya terpelanting drastis bersama bagian bawah badannya yang mati rasa.

Pengobatan tukang urut dan dokter serta obat-obatan tak kunjung menyembuhkan dirinya malah penggunaan obat berlebihan semakin memperparah keadaannya.

Ia mengambil sikap reflektif dari kejadian itu. Ia menarik dirinya mundur untuk menenangkan pikirannya dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa dalam setiap penderitaan sekaligus di dalamnya ada pelajaran berharga dan jalan keluar.

Ia memutuskan menyembuhkan dirinya sendiri. Itulah saatnya Ia bergumul kembali dengan rempah-rempah untuk membuat ramuan minyak tradisional. Dari situlah Ia melahirkan minyak balur Kutus-Kutus yang terbukti telah menyembuhkan dirinya sendiri.
 
Awalnya minyak balur itu Ia bagikan cuma-cuma kepada kawan dekatnya yang berkunjung ke Bali. Ternyata banyak orang merasakan khasiat minyak itu dan menyarankan dirinya untuk menjualnya.

Pada 2013 Ia resmi menjual minyak balur Kutus-Kutus. Kutus artinya delapan di dalam bahasa Bali. Nyalinya terkumpul bulat untuk menjual minyak itu setelah Ia mandi di pemandian Balutan di Tampak Siring dan seseorang katanya menepuk punggungnya dari belakang berpesan kepadanya untuk segera menjual minyak tersebut. Entahlah siapa orang itu.

Tanpa bantuan iklan di media, pembicaraan jalanan tentang khasiat minyak balur Kutus-Kutus berisi 69 bahan herbal itu melesat merambati percakapan penikmat minyak balur terutama ibu-ibu muda yang memiliki anak kecil. Aroma baunya yang tak terlalu menyengatdibanding minyak lain yang lebih mapan dan khasiatnya dengan cepat mendapat banyak pujian dari penggunanya.

Dalam bilangan waktu kurang dari 6 tahun, minyak balur Kutus-Kutus sudah ada di rumah-rumah dan di hati anak-anak Indonesia di penjuru Indonesia.
 
Penjualannya meroket dari 500 juta di 2016 menjadi 500-an milyar rupiah di 2020. Kini minyak itu memiliki pabrik pengolahan berpusat di Bali. Usahanya berkembang meliputi hotel, sekolah dan radio dengan jumlah karyawan 1000 orang lebih ditambah 5000 orang distributor, depo dan reseller yang tersebar di seluruh Indonesia termasuk Papua.
 
Saat Covid-19 membenamkan banyak usaha dan kehidupan, permintaan dan produksi Kutus-Kutus justru mencapai 2 juta botol per bulan dengan omzet mencapai 570 milyar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun