"Sesungguhnya kami sudah mulai faham, tapi agar tidak salah tafsir, mohon jelaskan hubungannya dengan pertanyaan kami tentang mengapa orang-orang saling serang bahkan berbunuhan atas nama Tuhan?" Tanya Pemuda 2 yang disetujui dengan anggukan kepala Pemuda 1.
"Bayangkanlah, kebenaran jambangan itu adalah kebenaran yang terukur, bendanya bisa diraba, nyata. Bahkan kepada kebenaran nyata itu pun kita takakan pernah sanggup mendapatkannya dengan mutlak. Apalagi terhadap kebenaran illahiah, yaitu kebenaran yang takberhingga, kebenaran yang takakan pernah bisa ditakar oleh keterbatasan manusia, maka bagaimana mungkin manusia mengakui telah memegang kebenaranNya? Itu taklain merupakan kejumawaan manusia yang telah merampas kebenaran illahiah. Perang atau saling berbunuhan itu semata-mata karena kejumawaan tersebut, sama sekali takada kaitannya dengan kebenaran illahiah," urai Jawinul.
"Warga Caraka Galur kiranya sampai pula kepada pemahaman itu?" Tanya pemuda 1.
Demikianlah menurut sahibul kisah, lanjut Jawinul, warga Caraka Galur pun tercerahkan, mereka bisa saling menghargai "kebenaran manusiawi" dengan tetap mengagungkan "kebenaran illahiah." Hidup mereka bukan saja damai, tapi juga sejahtera, dan kreatif.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H