Mohon tunggu...
Herry Dim
Herry Dim Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja seni, penulis seni/kebudayaan, dan lingkungan hidup

Pekerja seni, lukis, drama, tata panggung teater, menciptakan wayang motekar. Pernah menulis di berbagai media serta berupa buku, aktif juga dalam gerakan-gerakan lingkungan hidup dan pertanian. Kini menjadi bagian dari organisasi Odesa Indonesia, dan sedang belajar lagi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Empat Pelukis Mencari Kebenaran

11 Desember 2021   11:28 Diperbarui: 11 Desember 2021   11:41 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sesungguhnya kami sudah mulai faham, tapi agar tidak salah tafsir, mohon jelaskan hubungannya dengan pertanyaan kami tentang mengapa orang-orang saling serang bahkan berbunuhan atas nama Tuhan?" Tanya Pemuda 2 yang disetujui dengan anggukan kepala Pemuda 1.

"Bayangkanlah, kebenaran jambangan itu adalah kebenaran yang terukur, bendanya bisa diraba, nyata. Bahkan kepada kebenaran nyata itu pun kita takakan pernah sanggup mendapatkannya dengan mutlak. Apalagi terhadap kebenaran illahiah, yaitu kebenaran yang takberhingga, kebenaran yang takakan pernah bisa ditakar oleh keterbatasan manusia, maka bagaimana mungkin manusia mengakui telah memegang kebenaranNya? Itu taklain merupakan kejumawaan manusia yang telah merampas kebenaran illahiah. Perang atau saling berbunuhan itu semata-mata karena kejumawaan tersebut, sama sekali takada kaitannya dengan kebenaran illahiah," urai Jawinul.

"Warga Caraka Galur kiranya sampai pula kepada pemahaman itu?" Tanya pemuda 1.

Demikianlah menurut sahibul kisah, lanjut Jawinul, warga Caraka Galur pun tercerahkan, mereka bisa saling menghargai "kebenaran manusiawi" dengan tetap mengagungkan "kebenaran illahiah." Hidup mereka bukan saja damai, tapi juga sejahtera, dan kreatif.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun