Di penghujung pembicaraan mereka barulah sang raja berkata, "Kisanak, berkenankah datang ke Caraka Galur?"
Lelaki kumal berpaling dan balik bertanya, "ada apakah gerangan?"
"Ada persoalan yang sangat rumit dan perlu ditimbang dengan seadil-adilnya, hemat saya, kisanak akan mampu memberikan timbangan," jawab sang raja yang kemudian ditambah dengan penjelasan ringkasnya.
Lelaki itu pun tertawa kemudian berkata, "bukankah itu urusan para bijak, saya ini hanya gelandangan yang ke sana ke mari tanpa tujuan, bagaimana mungkin orang seperti saya bisa memberikan pertimbangan."
"Saya mendengar dan menyimak pembicaraan kisanak," tungkas sang raja.
"Ya, tapi tadi itu obrolan biasa, hanya sekitar harga beras ketan, tentang kehidupan, tentang huma dan sawah. Tentang burung-burung yang bebas, ternak, dan kegirangan anak-anak. Semuanya tidak ada hubungan dengan kehendak saudara. Dan... saudara sendiri ini siapa sehingga mengajak saya untuk ke sana?"
"Tentang siapa saya, nanti jika kisanak berkenan akan saya jelaskan sambil jalan," kata sang raja.
"Ah, hidup saya kan bergantung kepada ke mana angin membawa arah, apa salahnya jika arah itu menentukan bertambahnya kawan," ujar lelaki kumal menyetujui ajakan sang raja.
**
ALKISAH, sejak di perjalanan sang raja memperkenalkan diri yang sebenarnya, menyampaikan riwayat kejadian di Caraka Galur selengkapnya, untuk kemudian meminta kepada si lelaki kumal agar memecahkan persoalannya.
Si lelaki kumal tertawa terbahak-bahak, namun terasa nadanya bukanlah menertawakan sang raja melainkan seperti menertawakan dirinya sendiri. Sang raja agak heran juga, mengingat di tengah kebingungan, teman barunya ini malah tertawa terbahak-bahak.