Jauh sebelum masa panen buah-buahan dan palawija, Raja Galur telah berencana bahwa seusai panen akan melakukan lawatan ke negeri seberang yaitu ke kerajaan Dwipa. Sehubungan dengan niatnya itu pula maka Sang Raja segera memilih-pilih barang yang akan dijadikannya cendera mata. Setelah tidak kurang dari tiga hari memilih dan menimbang, Raja Galur akhirnya memutuskan akan membawa sebuah jambangan bunga untuk dijadikan cendera mata.
Benda berupa jambangan itu sangat disayang oleh Raja Galur, sejumlah kenangan dengan mendiang istrinya pun seolah terekam di sana karena semasa sang permaisuri masih hidup senantiasa mengisi jambangan itu dengan bunga-bunga yang dipetik oleh tangannya langsung dari taman. Jambangan berisi bunga itu selalu hadir di meja dekat pembaringan, setiap pagi manakala sang raja bangun tidur selalu duduk di sana sambil menghirup semilir wangi bunga segar. Bahkan kini setelah jambangan itu taklagi berisi bunga, wangi bunganya seolah senantiasa mengambang di dalam angannya.
Dalam duduk termangu di kursi sambil menatap jambangan kosong, terbersit pikiran di dalam angan Raja Galur bahwa dirinya tetap akan menghadiahkan jambangan kesayangannya itu tapi ia pun ingin tetap memelihara kenangannya.
"Sebelum jambangan itu dibawa, sebaiknya dilukis terlebih dahulu oleh pelukis kerajaan, dengan demikian maka jambangan itu tetap ada," demikian pikiran yang terbersit di dalam angan sang raja.
Sang Raja segera beranjak keluar kamar, dijumpainya pamong agar memanggil empat pelukis kerajaan yang terbaik.
"Daulat tuanku," ujar sang pamong sambil segera pamit untuk menjalankan tugas.
Dalam separuh hari, sang pamong pun telah kembali menghadap sang raja disertai empat pelukis terbaik dari kerajaan Caraka Galur.
Sang Raja pun kemudian berujar: "lukislah jambangan kesayanganku ini oleh kalian berempat, kelak akan dipilih satu saja lukisan yang paling benar menyerupai jambangan ini,"
"Daulat tuanku, akan kami kerjakan dengan sebaik-baiknya," jawab para pelukis hampir bersamaan.
**
SINGKAT cerita, keempat pelukis yang hebat-hebat itu pun segera bekerja. Keempatnya mengitari jambangan yang ditempatkan di tengah. Disebabkan oleh keterampilannya yang mumpuni, lukisan mereka masing-masing pun selesai sebelum tengah malam.