Â
Dalam ayat 19, yang berbunyi sebagai berikut: "aku menjadikan diriku hamba bagi semua orang." Meskipun Paulus menjadikan dirinya seorang hamba dalam ayat 19, sebenarnya Paulus sedang menyesuaikan atau menyamakan dirinya dengan orang-orang yang sedang ia layani. Hilyer mengatakan bahwa Paulus melakukan sikap tersebut sebagai kerendahan hati yang sederhana sebagai seorang rasul[14]. Baxter mengatakan bahwa hal itu "merealisasikan dirinya sendiri". Tomatala mengatakan bahwa Inkarnasi kenotis Paulus menjadi dirinya seorang hamba.[15]Â
Â
Ketika Paulus melakukan dirinya sebagai seorang hamba. Hal itu menunjukkan perubahan sikapnya dalam melayani. Karena Paulus ingin memisahkan jurang pemisah antara orang-orang kaya dengan hamba yang ada dalam jemaat Korintus (1 Kor 4:6-21)[16] Karena di jemaat Korintus ada pengelompokkan yang terjadi oleh karena itu Paulus ingin hal itu tidak terjadi lagi. Dalam ayat 20, bagi orang Yahudi dan orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat. Paulus menjadi seperti orang Yahudi, supaya Paulus dapat memenangkan orang Yahudi tersebut.
Â
Dalam pelayanan Paulus jelas sekali bahwa Paulus orang terbuka dan tidak eklusif. Hal itu Paulus lakukan agar ada perubahan yang terjadi di antar jemaat. Sehingga mereka tidak lagi terikat dengan kebudayaannya tetapi mereka berusaha mengikuti apa yang dianjurkan oleh kebenaran firman Tuhan dan perintah dari Tuhan Yesus. Sehingga ada kesatuan diantara jemaat meskipun mereka dari berbagai golongan. Hal itulah yang hendak Paulus maksudkan ketika dia tidak eklusif dalam pelayanannya terhadap orang-orang Korintus.
Â
Â
Tidak Menjadi Egois (1 Kor 9:21)Â
Â
Paulus dalam ayat 21, mengatakan, "bagi orang yang hidup diluar hukum Taurat, sekalipun aku hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus." Paulus ingin mengatakan bahwa ia sedang melayani Yunani (kafir). Karena orang Yunani tidak mau mempercayai hukum Taurat dan mereka juga bukan orang Yahudi.[17] Paulus mengabaikan wewenangnya sebagai seorang rasul dan orang Yahudi30 dan mau bergaul hidup dengan orang-orang Kafir. Bahwa hal itu sangat berlawanan sekali dengan sifat yang dianut oleh orang-orang Yahudi pada umumnya. Namun Paulus menyesuaikan diri dengan orang kafir. Supaya dengan begitu prasangka dan cara berpikir orang-orang tersebut. Bisa diubahkan dan konsep mereka yang suka memandang semua orang sama. Meskipun setiap orang berasal dari suku yang sama sebenarnya pola pikir dan moral setiap pribadi orang berbeda-beda. Meskipun ada juga kesamaannya. Sepanjang Paulus melakukan kebiasaan mereka tanpa melanggar sesuatu yang dapat membuahkan dosa. Paulus akan mengikuti kebiasaan mereka itu. Jika kebudayaan mereka berhubungan dengan hal mistis maka ia berhenti untuk mengikuti kebiasaan mereka.Â