Â
Salah tujuan dari misi dalam pelayanan Paulus dengan pendekatan secara kontekstualisasi ini adalah supaya ia dapat memenangkan sebanyak mungkin orang kepada Kristus. Yang tidak boleh dilupakan dalam pendekatan secara kontekstualisasi adalah tolok ukurnya ialah firman Allah. Walaupun pendekatan Paulus luwes sekali, namun ia memiliki suatu tolok ukur. Ia peka terhadap kebudayaan, tetapi tunduk kepada firman Allah. Sekalipun ia menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat, ia tetap hidup di bawah hukum Kristus. Hukum Kristus, firman Allah, merupakan tolok ukur baginya.
Â
Firman Allah adalah wewenang tertingginya. Meskipun ia harus menyesuaikan diri, ia juga menguji segala sesuatu dengan firman Allah supaya Injil yang disampaikan itu tetap murni. Untuk itu, diperlukan akan pengajaran firman Allah yang lebih matang kepada jiwa-jiwa yang sudah dijangkau itu, supaya dapat bertumbuh dan berakar, yang akhirnya menghasilkan buah. Dalam pelayanan misi, mau tidak mau, pemberitaan firman (khotbah) atau pengajaran itu sangat penting, khususnya bagi petobat-petobat baru.
Â
Â
KesimpulanÂ
Â
Dalam pelayanannya kepada orang Yahudi, rasul Paulus belajar untuk patuh pada tata cara dan kebiasaan, dan adat istiadat orang Yahudi sejauh ia dapat melakukannya dengan hati nurani yang murni dan damai dalam hati (Rm. 9:3; 10:1). Kerinduan dan doanya untuk keselamatan mereka (Kis. 16:3; 18:8; 21:21;-27; 23:1-6). Staregi misi kontekstual yang dilakukan oleh Paulus ada tiga hal yaitu:Â
Â
pertama, Paulus tidak menjadi ekslusif dan menutup diri. Dalam pelayanan perlu seorang pelayan terbuka serta menerima kebudayaan setempat, sejauh hal itu tidak bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Sifat terbuka dalam pelayanan lintas budaya seperti mengikuti bahasa, belajar kebudayaan dan memahami pandangan dunia setempat.Â