Â
Karena tolok ukur pelayanannya ialah firman Allah.[18] Paulus tidak menjadi egois, karena Paulus sendiri diselamatkan oleh kasih karunia Allah. Bahkan Paulus sendiri mengatakan sebagai berikut: "celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil (1 Kor. 19:16), karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani (Rm. 1:16)." Karena Injil sangat berharga bagi Paulus sehingga ia rela dan siap menjadi apa pun jika itu demi Injil dan hal itu tidak bertentangan dengan firman Allah. Selain Injil sangat berharga bagi Paulus oleh karena itu bertanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang lain (belum percaya kepada Yesus).
Â
Â
Tidak Membeda-bedakan Orang Berdasarkan Latar Belakang Maupun Status Sosial (1 Kor. 9:22)
Â
      Dalam ayat 22, berbunyi "bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah." Rasul Paulus menjadi seperti orang yang lemah, supaya dapat menyelamatkan orang-orang yang lemah (1 Kor. 9:22). Paulus melakukan hal tersebut agar di jemaat Korintus tidak terjadi kesenjangan antar jemaat. Paulus tidak memandang rendah atau menghakimi orang-orang tersebut. Justru Paulus menjadi seperti salah seorang dari orang-orang tersebut. Dengan sabar Paulus menggunakan kebebasan untuk kepentingan orang-orang tersebut.
Â
Dan berhati-hati supaya jangan sampai meletakkan batu sandungan di jalan orang-orang tersebut.[19] Paulus tidak membeda-bedakan orang berdasar latar belakang dan status, meskipun jemaat-jemaat Korintus melakukan hal itu. Selain Paulus memberikan nasihat dan teguran kepada jemaat di Korintus. Karena jemaat di Korintus terdiri dari berbagai suku bangsa. Agar jemaat-jemaat yang ada di Korintus tidak lagi berkelompok-kelompok sesuai dengan suku dan bangsanya. Seharusnya orang Kristen itu tidak memandang suku dan bangsa karena semua orang sama dimata Tuhan.Â
Â
Dan hal itulah yang ingin Paulus tekan kepada jemaat di Korintus.