Mohon tunggu...
Heri Widianto
Heri Widianto Mohon Tunggu... Novelis - This is me

A lit bit spicy

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Mati Suri

29 Juni 2024   15:05 Diperbarui: 29 Juni 2024   15:17 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Hadi pernah bercerita, di rumpun bambu yang mereka lewati ada penunggunnya. Genderuwo. Makhluk itu sesekali mengganggu dengan bermain-main di batang bambu. Sesekali juga makhluk tinggi besar berbulu dengan dua bulatan berwarna merah itu menampakkan diri. Sebelum penampakan itu benar-benar terjadi, kami tidak ingin menjadi saksinya.

            Dengan napas terengah-engah, kami sampai di halaman rumah Hadi yang luas dengan penerangan hampir padam. Aku curiga watt-nya kecil, atau Hadi membelinya di warung depan yang entah dari mana mereka kulak.

            Kami masih membungkuk-bungkuk sambil menenangkan napas kami yang hampir putus. Peluh tercetak jelas dan mulai merembes menembus pakaian yang kami kenakan.

            "Ta-tadi ada yang be-berani nengok, nggak? Bu-buat memastikan," kata Hadi patah-patah.

            Kami menggeleng dan mengembalikan tatapan kepadanya dengan harapan Hadi bisa membaca pikiran kami: Memangnya kamu berani nengok dalam keadaan menakutkan begitu?

            "Ya, sudah," sambung Hadi. "Untung saja kita nggak sampai ketemu hantu. Bisa terkencing-kencing di jalan."


            Kami mengangguk-angguk, kompak.

            Intensitas ketakutan pun mereda walaupun rumah Hadi di hadapan kami tidak mencerminkan kedamaian. Penerangannya kurang, pepohonan dan binatang malam berisik saat gelap jatuh dari langit.  

            Sembari menenangkan detak jantung masing-masing, kami melangkah memasuki halaman. Di baris paling depan, Hadi cepat-cepat membuka pintu setelah mengeluarkan kunci dari sakunya. Sengaja dia mengunci rumah karena bapaknya sedang sakit keras dan tidak ada yang menjaga selain dirinya. Ada rasa sungkan saat mengajak Hadi malam-malam tetap ke balaidesa, tetapi karena ini kerja kelompok, mau tidak mau kami menyingkirkan sejenak rasa kemanusiaan.

            "Assalamualaikum...."

            Kami terperangah, membeku, saat Hadi menggeser pintu rumahnya. Pintu belum sepenuhnya membuka ketika Lina dan Kinan memekik sambil berpegangan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun