Mohon tunggu...
HERI HALILING
HERI HALILING Mohon Tunggu... Guru - Guru

Heri Haliling nama pena dari Heri Surahman. Kunjungi link karyanya di GWP https://gwp.id/story/139921/perempuan-penjemput-subuh https://gwp.id/story/139925/rumah-remah-remang https://gwp.id/story/139926/sekuntum-mawar-dengan-tangkai-yang-patah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekuntum Mawar dengan Tangkai yang Patah

4 Agustus 2024   00:06 Diperbarui: 10 Agustus 2024   23:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bu. Kayunya hendak habis. Jika begini opornya akan kurang empuk. Biar ku panggil kakak untuk mengambil kayu bakar lagi" kata Sisha.

"Ah tak perlu. Jangan ganggu mood kakakmu. Biar dia selesaikan urusannya itu" jawab Bu Darmi sambil berjalan keluar. "Aku saja"

Bu Darmi berjalan ke samping kontrakan hendak mengambil kayu bakar. Dekat dengan sungai dan sedikit curam, Bu Darmi menuruni lingkungan itu dengan hati hati. Tiba tiba seekor ular kecil menyelusup di antara jari kakinya. Bu Darmi kaget dan membanting diri ke arah kanan.

Ia teriak kencang.

Astagfirullahhh!!! Tubuhnya hilang keseimbangan lalu terhuyung jatuh. Dengan gerakan salah, kepala Bu Darmi menukik berat dan beradu dengan batu yang banyak berada di sekitaran sungai.

"Ibu!!!!" teriak Sisha memburu. "Ada apa Bu!!!!!!"

Lana juga tak tinggal diam. Dia segera menyongsong ke arah teriakan. Ketika telah sampai di lokasi, semua terperanjat melihat Bu Darmi yang pucat tak sadarkan diri.

Lana segera mengangkat kepala ibunya.

       Semua berteriak memanggil Bu Darmi. Lana menggoyang-goyangkan tubuh Bu Darmi. Terasa dingin badanya. Tak lama Lana pun kaget bergidik manakala tangannya telah basah oleh cairan berwarna merah. Cairan kental kehitaman itu mengucur keluar dari kepala bagian belakang Bu Darmi. Lana panik luar biasa. Ia segera periksa denyut nadi ibunya. Percuma, Lana tertunduk lemas.

       "Tolong!!!! Tolongg!!!" pekik Sisha. Semua menangis pagi itu. Larungan tangis bersambut dengan kedatangan warga. Hiruk pikuk warga yang gaduh segera menggerubung dan menenangkan Sisha yang menggelijang hebat karena ketidakpercayaannya. Rizqita juga tak henti memeluk erat sahabatnya yang meraung itu. Sisha berontak sekuat tenaga. Batinnya yang kacau berteriak kencang mengapa takdir ini menimpa dirinya. Mengapa kesibukan dan kegirangan melenakan dirinya. Mengapa di hari suci ini dirinya tak sempat bersimpuh memohon ampun kepada ibunya. Penyesalan itu larut lalu berubah asam untuk selanjutnya menciptakan kesedihan.

Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun