Bunyi buk!!!! Dari sebuah balok kayu menghantam punggung Lana. Pemuda itu jatuh di tanah meraung lalu menggelapar.
Singkatnya kejadian kelam malam itu menghasilkan bahwa Sisha harus dinikahkan dengan pemuda itu. Setelahnya mereka berdua harus diusir dari desa. Tak kalah sial, karena kampung itu masih asri dan percaya adat; Lana dan Bu Darmi pun tak ayal diusir juga.
Seingat Lana, adiknya bersama pasangan zinahnya mengemis kepada Bu Darmi untuk ikut tinggal bersama di tempat baru nanti. Bu Darmi iba dan memperbolehkan, tapi tidak dengan Lana. Dia ketus menolak mentah mentah.
"Lana?" panggil sang ibu yang membuyarkan ingatan itu. "Besok Sisha pulang bukan? Apa dia tak menghubungimu."
"Dia tak akan pulang, Bu. Mungkin sekarang di kota Banjarmasin sana dia sudah sukses. Jangan terlalu berharap, Bu. Lupakan dia" kata Lana berbohong.
Bu Darmi yang mendengar itu serasa lunglai. Dia beranjak ke dapur.
Nyatanya Sisha setahunan ini kerap menchat kakaknya itu. Tapi Lana selalu memotong dan mengatakan bahwa ibunya masih trauma. Dia tak mau kedatangan Sisha hanya memperparah keadaan. Meski Sisha adalah adik kandung Lana, toh perangai Sisha yang sulit diatur membuatnya sebal bukan kepalang.
Lana merenungkan kembali sikap adiknya. Saat itu keduanya ngobrol santai di emperan rumah, Lana pernah bilang untuk menyuruh Sisha berhenti dari komunitas geng motor ceper dengan peleng roda kecil dan berjeruji rapat itu. Di desanya tren balapan motor ceper memang sedang marak. Sishalah yang kerap jadi pembawa bendera pertanda motor siap balapan di lap kampung.Â
    Dengan tampilan pakaian ketat dan menonjol, kerap kali Sisha secara bebas dan terang terangan ikut meliuk saat dibonceng anggota komunitas itu. Pulang malam hingga menginap sudah biasa bagi Sisha.
    Perangai Sisha tentu menjadi perolokan dan sindiran untuk keluarga Bu Darmi. Bahkan sekelas penengah ketua RT juga malah ikut ikutan menghardik dan membulli Bu Darmi. Kaitan mantan suami Bu Darmi kerap disandingkan dengan perilaku Sisha yang kesannya liar serta urakan.
Sebagai kakak bukan dia tak berani memperingatkan. Lana bahkan nekad datang dan menyerbu ke area balapan untuk meminta Sisha pulang. Perkelahian terjadi di sana. Tapi dengan keras dan kekeh, Sisha menolak dibawa pulang. Sikap bengalnya itu membuat Lana mati pikir. Jika lelaki, sudah pasti dia layangkan tamparannya setiap hari.