"Siapa itu Lana" ucap Bu Darmi sambil menggulung rambut.
Saat menatap keluar, mata Bu Darmi segera berkaca kaca.
"Sishaa?? Apa itu benar kau??"
"Ibu!!" seru Sisha yang segera menerjang memeluk ibunya. Sore itu haru menyelimut manakala putri dan ibu itu ambruk di lantai dalam kondisi menggigil karena rindu.
*Â
Bunyi takbir berkumandang bersahut sahutan menyeru tentram. Malam itu di beranda depan dengan masih memeluk ibunya, Sisha melihat tempat tinggalnya yang sungguh miris. Dia sungguh menyesal dengan perbuatannya.Â
"Kau tahu Lana" kata Rizqita pada sebuah percakapan. "Sisha begitu rindu dengan ibunya. Kau tak sekalipun membalas pesan WA. Kakak macam apa kau!"Â
Bu Darmi yang terkejut hanya menatap putranya yang bersandar pada pintu. Dia melihat Lana sama sekali tak berani beradu pandang dengannya.
Sambil memegang dahi dan mengusap usap rambutnya, Lana menyeru:
    "Untuk apa membalas WA dia. Bukankah dia sudah makmur dengan suami hasil zinahnya!"
"Lana cukup!!" hardik Bu Darmi dengan masih tersedu. "Sudah! Terpenting sekarang kita berkumpul sebagai keluarga lagi."