Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pemberontakan Pohon-pohon

9 Januari 2024   11:05 Diperbarui: 7 Maret 2024   01:14 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pohon-pohon yang tersisa karena aksi pembalakan liar. Sumber: AFP/DELIL SOULEIMAN via KOMPAS.com

"Terimakasih kawan-kawan. Sudah waktunya saya jelaskan bagaimana kerja mantera sakti saya. Pertama, pengucapan mantera dilakukan setiap tengah malam terhadap wewangian yang sudah dipersiapkan selama empat puluh hari berturut-turut. Setelah empat puluh hari maka kita harus menebarkan wewangian itu kepada embun setelah malam purnama. Embun itu harus yang berada di lokasi tebang pada hari itu. Maka wewangian yang bercampur aroma embun itu akan memasuki aliran nafas penebang  dan menular kepada orang lain setiap mereka berkata pohon tumbang." Sukma Ulin Tua menerangkan.

"Waduh, empat puluh hari prosesnya, kita musti menunggu sebegitu lamanya kah Tuan?, berapa ribu pohon lagi yang harus mati yang mulia?" sukma merbau tak sabar.

"Tenang kawan, makanya kita perlu strategi yang rapi. Pertama, saya perintahkan wewangian yang sudah dikumpulkan sukma ulin dan gaharu untuk dibawa kesini, mulai nanti malah saya akan memantrainya. Kedua saya perintahkan sukma orang utan untuk memprovokasi kaum sukma bekasakan agar makin runtuh moralnya, terpecah belah sehingga sebagian mereka harus mengganggu penebang agar laju pembantaian ini melambat" titah sang sukma Ulin Tua.

Maka mulai malam itu semua bergerak, sukma orang utan berhasil memecah belah kaum sukma bekasakan sehingga ada sebagian anggota kaum yang melawan perintah pemimpinnya. Makin sering terjadi para penebang mengalami kesurupan. Sukma Ulin Tua bertugas membacakan mantera setiap malam, khusuk khidmat.

"Aquiris quodcumque rapis".

"Aquiris quodcumque rapis".

"Aquiris quodcumque rapis".

Pada hari ke empat puluh, seluruh pasukan mendatangi lokasi penebangan hari itu, tengah malam waktu bulan purnama. Di pagi harinya wewangian disebarkan, mengenai embun-embun. Setelahnya para pasukan perlawanan mengamati bagaimana hasil operasi mereka. Benar saja, para penebang yang menghirup aroma embun bercampur wewangian yang telah di manterai menjadi hilang kesadaran beberapa detik. Setelah sadar maka nafas mereka tercampuri semacam kristal halus. Memasuki sore para penebang melapor kepada mandornya sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) ;

"Pohon yang tumbang  hari ini sebanyak tujuh puluh pohon!"

Kristal yang keluar dari nafasnya memasuki nafas si mandor. Kemudian si mandor laporan kepada bos perusahaan pagi keesokan hainya;

"Pohon yang tumbang  kemarin sebanyak tujuh puluh pohon!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun