"Ikut Mas, dan saya termasuk yang kasihan sama Mas yang nggak tidur mengurus adik-adik".
"Apakah kamu yang meminta selalu dianter Mas malam-malam karena suasana yang sangat mencekam waktu itu?".
"Bener Mas".
Angan Seno memutar kembali ke acara perkemahan yang kacau karena kasus kesurupan beruntun waktu itu. Selaku ketua Seno kalang kabut mengurus semuanya, mencoba mengendalikan situasi. Dan waktu itu ada mahasiswi adik Angkatan yang kemana-mana minta diantar Seno karena ketakutan. Tidak mau diantar senior yang lain.
"Irene. Hmmmmm..".
"Kenapa Mas, nggak baik bagi mental lo mas kalau suka ragu-ragu".
 "Begini Irene, Mas mau bertanya bagaimana kehidupanmu selama ini Irene?" Seno mengurungkan pertanyaan tentang status pernikahan, khawatir menyinggung.
"Kehidupanku baik Mas, sangat baik. Karena tidak ada alasan untuk merasa tidak baik. Semua sudah ditata oleh semesta, kita tinggal menerima dan menjalaninya kemudian mengambil pelajaran. Dengan begitu hidup akan menjadi sangat kaya Mas". Seno gelagapan, terdiam. Memang Seno suka membaca buku, termasuk spiritualitas. Tapi ia merasa kalah dalam penghayatan dibandingkan Irene, Seno merasa masih cukup labil.
"Irene tinggal di Kediri terus ya?".
"Iya mas, Cuma Irene sering pergi, ke bali, Lombok, naik gunung lawu atau kemanapun sesuka hati".Â
"Memang Irene belum menikah?". Seno keceplosan, karena sebenarnya fokus pertanyaannya ke soal pernikahan, dibendung sekuat tenagapun akhirnya keceplosan juga.