Mendapat pertanyaan seperti itu Erika bukannya memberikan jawaban tapi malah dia terisak. Sepasang mata yang indah itu basah dengan air mata.Â
Aku hanya bisa memahami dengan sikap Erika. Bagaimanapun pilihan ada padanya kendati keluarga juga harus menjadi pertimbangannya.Â
Maka Erikapun harus berpamitan untuk kembali menemui Ayah dan Ibunya yang sudah menunggu di pelataran parkir.Â
Aku hanya bisa memandangi punggungnya dengan rambut panjangnya yang terurai.Â
Minggu pagi seusai Misa Natal di Gereja Katedral itu, menjadi awal dari terjalnya perjuangan cintaku kepada Erika.Â
Memang ada benarnya apa kata orang bahwa cinta sejati itu harus diperjuangkan.Â
Apalagi setelah lulus SMA kami harus berpisah berjauhan karena berbeda kota dalam menjalani kuliah di Perguruan Tinggi.Â
Erika menuntut ilmu pada sebuah perguruan tinggi Negeri di Yogyakarta sedangkan aku tetap kuliah di kotaku, Bogor. Â
Ujian hubungan jarak jauh semakin menjadi tantangan bagiku. Meskipun komunikasi masih tetap berjalan dengan baik, tapi tidak memberikan rasa lega.Â
Lebih-lebih lagi hubungan kamipun sudah tidak mendapat restu dari orang tua Erika karena ada perbedaan keyakinan antara kami.Â
Maka kabar yang selama ini menjadi ketakutan kami berdua terjadilah hanya beberapa bulan kemudian.Â