Prasaja hanya kalem saja menimpali perkataan Anindia. Gadis berkulit putih ini hanya bisa maklum karena Prasaja memang pemuda pendiam.Â
Anin juga sudah hafal setiap berdialog dengannya, dia harus pandai-pandai memancing obrolan.Â
"Mas Pras gadis-gadis Bandung cantik-cantik lho. Ntar di sana Mas Pras jangan-jangan  kecantol." Anindia ceplos saja berkata demikan hanya sekedar memancing obrolan.Â
Namun sebenarnya Anin juga ingin tahu, apa sebenarnya kedalaman hati sosok dari Prasaja Utama yang sangat dia kagumi.Â
"Ah di Bogor juga gadis-gadisnya cantik-cantik." Kata Prasaja.Â
"Masa sih Mas Pras. Kok tahu kalau gadis Bogor cantik-cantik?" Tanya Anin mulai nakal dengan pertanyaan ini.Â
"Iya maksudnya gadis-gadis cantik itu bukan ada di Badung saja." Suara Prasaja mulai gugup karena merasa terpojok.Â
"Beri contoh dong di Bogor siapa gadis cantik yang paling Mas Pras sukai?" Prasaja semakin terpojok dengan pertanyaan Anin ini.Â
"Sudahlah Nin jangan bikin saya kebingungan." Suara Prasaja mulai menyerah. Anindia tertawa penuh ceria sementara Prasaja hanya bisa tersenyum.Â
"Begini Anin. Selama ini saya belum pernah memikirkan untuk berhubungan dengan seseorang, maksudnya pacaran. Saya masih ingin studi mencapai cita-cita yang selama jadi impian."
"Iya Mas Pras. Maaf ya aku tadi cuma bercanda."Â