"Coba kalau kakakmu berani nembak aku. Wah Renita, bukan hanya jadi seorang sahabat tapi juga jadi adik iparku." Timpal Anindia dengan suara tegas. Kembali dua remaja ini tertawa lepas.Â
"Pilih mana sahabat atau ipar?" Tanya Anin.Â
"Aku mau pilih keduanya." Jawab Renita. Kembali mereka tertawa memancarkan keceriaan remaja pada usia puber mereka.Â
"Anin kemarin aku ketemu Robi. Katanya dia baru kirim surat sama kamu ya. Apa dia nembak lewat surat?" Tanya Renita menyelidik.Â
"Iya sih, tapi aku males membalas suratnya. Nembak kok pake surat."Â
"Lho itu masih bagus Robi berani nembak kamu walaupun pake surat. Atau nanti kalau ketemu Robi lagi, aku bilang sama dia kalau Anin maunya ditembak langsung."Â
"Eh jangaaaaan Nita. Awas ya!" Kata gadis anggun ini sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Renita. Â
Renita tertawa renyah memecah senja yang tanpa Mentari karena langit masih mendung. Warna kelabunya membekas menyisakan titik-titik hujan yang masih tertahan.Â
Renita sebenarnya tahu bahwa Anin sangat mengagumi Prasaja, kakak kandungnya. Wajar saja jika Robi yang terus bersemangat mendekati Anindia, gadis cantik semampai berambut panjang ini.Â
Renita sendiri sebenarnya sudah kerap kali memberitahu kakaknya, Prasaja, bahwa harusnya dia sedikit saja memiliki kepekaan terhadapa perasaan Anindia. Tapi Prasaja selalu menutup dialog yang berkaitan dengan Anindia.Â
Prasaja Utama adalah sosok pemuda pemalu. Kakak kandung Renata Utami ini adalah kakak kelas ketika masih sama-sama SMA.Â