Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku dan Kamu dalam Seribu Kata

17 September 2023   09:17 Diperbarui: 17 September 2023   09:29 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pixabay

Jendela itu berdebu. Tampak menyimpan lelah. Menyimpan gundah dan resah.

Sementara di luar hujan gerimis. Semakin menipis.

Dan lelawa hitam semakin terdiam. Menatap harap-harapnya.

Semakin lusuh. Semakin redup dan padam.

Jendela itu berdebu. Tempat aku termangu. Menyimak masa lalu.

Jendela itu, tempat aku terharu. Jendela itu tempat kita memandang. Kemenangan masa depan. 

(7) 

Ya Allah, aku pernah berkata bahwa semua cinta dan segala cinta adalah milikMu bukan milikku, bukan milik siapa-siapa.

Maka aku sangat takut berdosa, jika aku mencintainya, bukan karena aku mencintaiMu.

Aku tanam budi dihatinya. Tidak kukotori dengan pamrih. Biarkan tetap putih hingga akhir nanti.

Ya Allah, cinta adalah rahasia besar milikMu, berilah aku kekuatan untuk memahaminya.

Aku mohon perlindungan hati ini dari kejahatan diriku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun