(1)Â
Aku dan Kamu sama-sama bersaksi di depan Sang Maha Pencipta. Tertunduk bersimpuh, takjub. Dia ciptakan kita menjadi sebaik-baiknya mahluk.Â
Sungguh tidak tahu diri jika sedetik saja kita tidak mampu mengucapkan rasa syukur.Â
Aku dan Kamu adalah ciptaanNya sebagai dua mahluk yang membawa CintaNya. Tapi itu bukan cinta kita karena kita diciptakanNya bukan untuk bersama.Â
Aku dan Kamu ada di tempat yang berbeda. Kita hanya bisa saling memandang tak mampu berkata-kata.Â
(2)
Detik-detik berdetak lewat di sisimu. Saat itu perlahan Kamu berbincang dengan lantang. Menantang alang-alang, menerjang karang.Â
Lalu dengan malu-malu Kamu berbisik kepadaku: "Aku masih memeluk kedua lututku ketika detik-detik berdetak berlalu."Â
Waktu itu wajahmu dalam sendu, sementara detik-detik terus berdetak berlalu dalam diam.Â
Hai Kamu!Â
Lihatlah bunga di Tamanku berseri. Meniti hari-hari dan menata cita-cita. Sementara sempat aku menjerat dan menghalau kumbang-kumbang nakal agar tidak berdendang merayumu.Â
Biarkan aku membuka kelopak hati wahai bunga di Tamanku. Agar harumnya membawa rasa cinta. Sementara aku tertegun ketika senja mulai meremang berbaur awan merona merah. Juga berabu dengan lelah-lelah.Â
Aku mencoba menikam senja dengan rindu yang kupunya. Masihkah Kamu ada di sana?Â
(3)
Hai Kamu!