Seperti janji kemarin, kami bertemu di Kantin Kampus pada siang itu. Aku mencari meja dimana Tiffany menungguku. Aku melihat Tiffany memanggilku sambil melambaikan tangannya.
"Hai Fanny! Apa kabar?"
"Baik Mas Hen! Kapan lulus ahli bedahnya nih?"
"Masih sedang berjuang biar cepat lulus," kataku sambil tertawa.
"Lama kita tidak ketemu ya. Jadi ada berita penting apa Mas?" Tanya Tiffany langsung ke tujuan pertemuan ini. Tiffany memang orang yang tidak suka dengan basa-basi.
Aku mengawali cerita Mikayla saat pertama kali bertemu di halte depan kampus, lalu bertemu dan berkenalan di Perpustakaan Pusat. Sampai akhirnya aku berkunjung ke tempat kostnya.
"Benar Kayla dulu pernah terjerumus di protitusi online namun sudah lama dia tidak lagi." Jelas Tiffany.
"Kayla juga sering bercerita tentang Mas Hendar. Dia bilang sangat nyaman ketika ngobrol. Ada perasaan damai ketika mendengar nasehat Mas Hendar." Lanjut Tiffany.
"Aku bilang pada Kayla kalau Mas Hendar itu anak seorang Kiyai sehingga setiap tutur katanya penuh dengan nasehat."
"Fany, kami itu terlalu berlebihan. Aku jadi malu karena tidak seperti yang kamu katakan itu." Kataku menyangkal.
Tiffany, gadis oriental berkulit kuning langsat ini hanya tersenyum manis. Dengan tuturan cerita kepada Mikayla pantas saja tahu kalau aku adalah anak seorang pemilik dan pengasuh pesantren.