Aku sendiri heran mengapa begitu penasaran dengan sosok gadis bernama Mikayla Angela. Begitu kuat keingin tahuanku lebih dalam tentang dirinya. Terutama ketika aku tahu dia adalah Ayam Kampus.
BACA JUGA : Kisah Cinta Jomlo Pesantren
Aku tidak percaya bahwa itu adalah nyata. Walaupun aku pernah melihat foto dirinya ada di ponsel Arga, sobatku yang pertama kali menyebut Mikayla adalah ayam kampus.
Awalnya aku tidak percaya, tapi Arga selain anak Kedokteran yang paling urakan, dia juga adalah mahasiswa yang pergaulannya sangat luas. Sehingga informasi itu bisa saja benar.
Sejak aku berkunjung ke rumah kost Mikayla, banyak informasi dari gadis cantik ini yang sangat mengharukan. Bahkan mungkin sangat tragis dengan cerita masa lalunya.
Kendati begitu aku masih penasaran dengan kegiatan Mikayla terakhir ini apakah masih aktif dalam bisnis online yang penuh dosa itu atau sudah tidak.
Tiffany adalah orang yang tepat untuk dihubungi karena gadis ini adalah teman karib Mikayla. Entah kebetulan atau tidak, Tiffany yang adik kelasku waktu SMA dulu ternyata satu fakultas dengan Mikayla.
Aku masih memiliki nomor ponselnya. Aku coba kontak Tiffany namun nada panggil ponselku tidak ada respon. Aku akhirnya menuliskan pesan melalui aplikasi WhatsApp.
Hampir setiap sore Kota Bandung diguyur hujan. Sore itu aku baru saja selesai membantu dokter Hambali dalam aktivitas operasi seorang pasien usus buntu.
Aku tidak langsung meninggalkan Rumah Sakit tapi masih duduk menikmati secangkir kopi panas di Kantin sambil menunggu hujan reda.
Suasana Kantin selalu ramai sepanjang hari. Para pengunjungnya terutama dari mereka yang keluarganya sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit ini.
Sedang asyik menikmati hangatnya kopi, tetiba ponselku berbunyi. Panggilan dari Tiffany.
"Hallo, Tiffany!"
"Mas Hen, tadi telpon ya. Tumben Mas, ada apa?" Suara Tiffany.
"Oh gak apa-apa. Kita bisa ketemuan Fany?"
"Iya boleh. Gimana kalau besok siang saja. Paginya aku ada asistensi praktikum Kimia Organik."
"Baik Fany. Terimakasih ya," kataku.
"Mas Hen sepertinya ada yang penting ya?"
"Iya penting. Tapi nanti besok saja yang pentingnya itu aku ceritakan." Kataku sambil tertawa.
Besoknya usai mencari referensi untuk makalah symposium minggu depan, dari Perpustakaan Pusat itu, aku langsung menuju Fakultas MIPA yang hanya berjarak seratus meter saja.
Seperti janji kemarin, kami bertemu di Kantin Kampus pada siang itu. Aku mencari meja dimana Tiffany menungguku. Aku melihat Tiffany memanggilku sambil melambaikan tangannya.
"Hai Fanny! Apa kabar?"
"Baik Mas Hen! Kapan lulus ahli bedahnya nih?"
"Masih sedang berjuang biar cepat lulus," kataku sambil tertawa.
"Lama kita tidak ketemu ya. Jadi ada berita penting apa Mas?" Tanya Tiffany langsung ke tujuan pertemuan ini. Tiffany memang orang yang tidak suka dengan basa-basi.
Aku mengawali cerita Mikayla saat pertama kali bertemu di halte depan kampus, lalu bertemu dan berkenalan di Perpustakaan Pusat. Sampai akhirnya aku berkunjung ke tempat kostnya.
"Benar Kayla dulu pernah terjerumus di protitusi online namun sudah lama dia tidak lagi." Jelas Tiffany.
"Kayla juga sering bercerita tentang Mas Hendar. Dia bilang sangat nyaman ketika ngobrol. Ada perasaan damai ketika mendengar nasehat Mas Hendar." Lanjut Tiffany.
"Aku bilang pada Kayla kalau Mas Hendar itu anak seorang Kiyai sehingga setiap tutur katanya penuh dengan nasehat."
"Fany, kami itu terlalu berlebihan. Aku jadi malu karena tidak seperti yang kamu katakan itu." Kataku menyangkal.
Tiffany, gadis oriental berkulit kuning langsat ini hanya tersenyum manis. Dengan tuturan cerita kepada Mikayla pantas saja tahu kalau aku adalah anak seorang pemilik dan pengasuh pesantren.
"Fany, kamu sudah lama berteman dengan Kayla?"
"Sejak semester satu."
"Sudah lama sekali. Sekarang sedang menyusun skripsi ya. Fany pasti sudah mengenal dekat tentang Kayla."
"Iya Mas. Semua uneg-uneg Kayla ada padaku. Bahkan cerita tentang Mas Hendar juga." Kata Tiffany mulai menggoda.
"Dia cerita apa tentang aku?" Tanyaku bikin penasaran saja.Â
"Penasaran ya," kata Tiffany dengan mimik wajah menggoda. Aku hanya tersenyum kecut digoda seperti itu.
"Nanti aja ah ceritanya," kembali suara Tiffany menggoda.
"Oke, oke. Tapi Fany sekarang Kayla sudah tidak lagi di dunia itu kan?" Tanyaku penuh khawatir. Tiffany sejenak menatapku lalu gadis cantik Tionghoa ini tersenyum.
"Kayla sudah dua tahun lalu tidak lagi di sana. Hanya dalam dua bulan ini dia sering dibujuk untuk kembali oleh mantan germonya dulu."
"Terus gimana, Kayla mau?"
"Kok Mas Hendar perhatian banget sih?" Tiffany menatapku heran tapi sambil senyum penuh arti. "Ah jangan-jangan Mas Hen udah mulai ehm," kata Tiffany masih sambil tersenyum.
"Fany! Jangan-jangan itu maksudnya apa?"
"Iya jangan-jangan Mas Hendar mulai suka ya sama Kayla?" Mendengar ini aku baru sadar kalau tadi aku begitu bersemangat mencari tahu tentang Mikayla.
"Mas Hen tenang saja. Kayla sekarang sudah tidak mau lagi ada di sana." Jelas Tiffany yang membuat aku merasa lega.
"Oh ya bagaimana skrispimu Fany?" Aku sengaja mengalihkan pembicaraan karena informasi penting tentang Kayla sudah aku dapatkan.
"Draft nya masih ada di Pembimbing."
"Sama dong seperti punya Mikayla masih ditahan pembimbingnya."
"Lho kok Mas Hendar tahu?"
"Iya waktu itu ketemu di Perpustakaan sempat ngobrol sebentar."
"Bagus Mas Hen. Bagi saya sih berharap Kayla banyak bergaul dengan orang seperti Mas Hendar ini." Kata Tiffany.
Mendengar ini membuat hatiku berbunga-bunga. Tentu saja berbunga-bunga bagaimana tidak, sekarang paling tidak ada sahabat dekatnya yang sudah mendukung Hendarno Al Ghufron untuk lebih dekat lagi bersama Mikayla Angela.
Tapi, aku seperti merasakan bersama Mikayla jalan di depan rasanya semakin terjal. Seterjal apa? Jalan naik yang harus aku daki? Atau jalan turun yang curam dengan jurang yang mengancam? Entahlah aku akan jalani saja.
@hensa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI