Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tiffany Bicara Mikayla Angela

25 Januari 2021   15:15 Diperbarui: 5 Februari 2021   17:53 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti janji kemarin, kami bertemu di Kantin Kampus pada siang itu. Aku mencari meja dimana Tiffany menungguku. Aku melihat Tiffany memanggilku sambil melambaikan tangannya.

"Hai Fanny! Apa kabar?"

"Baik Mas Hen! Kapan lulus ahli bedahnya nih?"

"Masih sedang berjuang biar cepat lulus," kataku sambil tertawa.

"Lama kita tidak ketemu ya. Jadi ada berita penting apa Mas?" Tanya Tiffany langsung ke tujuan pertemuan ini. Tiffany memang orang yang tidak suka dengan basa-basi.

Aku mengawali cerita Mikayla saat pertama kali bertemu di halte depan kampus, lalu bertemu dan berkenalan di Perpustakaan Pusat. Sampai akhirnya aku berkunjung ke tempat kostnya.

"Benar Kayla dulu pernah terjerumus di protitusi online namun sudah lama dia tidak lagi." Jelas Tiffany.

"Kayla juga sering bercerita tentang Mas Hendar. Dia bilang sangat nyaman ketika ngobrol. Ada perasaan damai ketika mendengar nasehat Mas Hendar." Lanjut Tiffany.

"Aku bilang pada Kayla kalau Mas Hendar itu anak seorang Kiyai sehingga setiap tutur katanya penuh dengan nasehat."

"Fany, kami itu terlalu berlebihan. Aku jadi malu karena tidak seperti yang kamu katakan itu." Kataku menyangkal.

Tiffany, gadis oriental berkulit kuning langsat ini hanya tersenyum manis. Dengan tuturan cerita kepada Mikayla pantas saja tahu kalau aku adalah anak seorang pemilik dan pengasuh pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun