Malam semakin mencekam lalu mengapa tiba-tiba saja aku merindukan lelaki itu. Sudah dua pelanggan yang aku layani malam ini namun masih juga lelaki itu belum muncul juga. Tiba-tiba aku seperti mau berteriak ketika dia akhirnya datang juga menemuiku. Tanganku dipegang lalu memeluk dan mengajakku menuju kamar.
"Malam ini aku sudah book tapi kita di sini saja tidak perlu ke Hotel. Di kamar ini pun kita hanya ngobrol saja," katanya. Aku tersenyum mengangguk dan memegang tangan lelaki itu.
"Iya Om enggak apa-apa. Aku sudah dari tadi menunggumu. Malam ini malam terakhir itulah sebabnya aku takut tidak lagi bertemu denganmu," kataku.
"Aku tahu besok tempat ini sudah rata dengan tanah. Memang aku sengaja ingin menemui kamu. Mungkin pertemuan terakhir karena siapa tahu kita tidak akan bertemu lagi," kata lelaki itu.
Ada rasa haru dalam perkataannya. Aku merasakan rasa haru itu seolah dia tidak mau berpisah denganku.
"Aku ingin memberi kabar gembira."
"Oh ya Om kabar gembira apa?"
"Sekarang aku sudah kembali kepada istriku. Sudah menjadi laki-laki sejati. Beberapa kali aku sudah berhasil memberi kepuasan kepada istriku."
"Aku turut gembira Om."
"Ya itu semua berkat kamu!"
"Ah tidak juga Om. Aku kan hanya seorang....." ketika aku mau menyebutkan profesiku, lelaki itu menutup bibirku dengan telunjuknya.Â