"Ah benarkah?" Tanyanya sambil menatapku tak percaya.
"Benar Om," kataku tersenyum penuh simpati.
Entah kenapa aku begitu menaruh hormat kepadanya. Mungkin karena dia sangat lembut memperlakukan wanita sepertiku ini. Â
Bahkan aku pernah menolak pemberian uang lebih hanya karena rasa hormatku itu. Dia selalu memberiku uang lebih walaupun sebenarnya bayaranku sudah dia serahkan kepada 'manajerku'.
Diapun selalu mengatakan kalau aku pantas dibayar seperti para selebriti yang suka nyambi itu. Aku memang terkejut atas pengakuan lelaki itu sebagai gay namun lebih terkejut lagi ketika dia mem'booking'ku hanya sekedar ingin membuktikan bahwa dia adalah lelaki sejati. Seorang gay yang ingin kembali ke jalan yang benar yaitu kembali kedalam pelukan istrinya.
Beberapa hari ini aku dan teman-teman mulai menerima sosialisasi dari Panti Rehabilitasi sehubungan dengan dilakukannya relokasi penghuni kawasan ini.
Selain berbagai pelatihan juga diberikan pemahaman tentang kesehatan dan bahaya HIV. Bahkan tadi pagi saat aku mengunjungi Panti tersebut ternyata sedang ada pemeriksaan kesehatan oleh Tim Medis.
Ada baiknya juga karena sudah lama aku tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan terutama untuk test HIV. Aku memang selama ini tidak peduli dengan pemeriksaan kesehatan itu yang penting aku dapat melakukan pekerjaan dan hasilnya untuk keluargaku di Kampung.
Test HIV beberapa hari kemudian sudah diketahui hasilnya. Aku hanya berusaha pasrah ketika salah seorang yang positif adalah aku. Ada rasa takut yang mulai menerkam kehidupanku.
Tiba-tiba saja aku merasa galau luar biasa walaupun menurut dokter gejala ini masih bisa ditangani dengan pengobatan yang terjadwal.
Malam ini adalah malam terakhir aku berada di sini. Besok tempat ini mau diratakan oleh Pemda dan semua penghuni di sini segera dikirim ke Panti Rehabilitasi.