Sudah dua kali lelaki itu datang dan mem"booking"ku. Waktu pertama kali datang, dia hanya bermain cinta di kamar ini namun ketika datang yang kedua kali, dia mengajakku ke sebuah hotel.
Di sana semalam suntuk kami habiskan pelampiasan nafsu kemaksiatan itu sampai tak bersisa. Â Ada kesan yang mendalam ketika lelaki itu pertama kali 'memakaiku'. Saat itu di dalam kamar aku sempat bertanya padanya.
"Boleh aku tahu kenapa Om memilihku untuk malam ini?" Tanyaku. Aku memanggilnya dengan sebutan Om karena memang usianya hampir seusia pamanku.
"Kamu cantik dan kelihatan lembut," katanya sambil tersenyum.
Kesan pertama saja aku suka dengan lelaki ini karena sopan dan santun serta tampilan fisiknya memang kekar dan ganteng pula.
"Bukan karena aku sexy ya," tanyaku menggoda.
Lelaki itu kembali tersenyum dan aku sangat menikmati senyum itu karena bukan senyum nakal seorang lelaki hidung belang.
"Tentu saja aku memilih juga karena kamu sexy yang akan membuat gairah lelaki manapun," katanya kalem.
Jujur saja belum pernah aku mendapat 'customer' yang 'cool' seperti lelaki ini. Umumnya mereka yang memilihku saat berada di kamar seperti ini selalu bersikap kasar dan terburu-buru seakan nafsu binatangnya sudah naik ke ubun-ubun.
Bahkan dengan tidak sabarnya mereka dengan kasar melucuti pakaianku yang sudah minim ini. Menghadapi lelaki hidung belang seperti itu, aku hanya bersikap profesional saja sebagai wanita penghibur.