Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Akhir Cinta Dosen Jomlo

3 November 2020   17:50 Diperbarui: 3 November 2020   17:58 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya Pak, saya selalu mendoakan untuk kebahagiaan Pak Alan, " suara Listya pelan sekali seperti tertahan di tenggorokan. Kemudian Listya terdiam lama sekali.

"Hallo, hallo, hallo, Listya?" Aku berusaha menyapanya melalui ponsel itu. Aku yakin Listya sedang terisak. Mungkin terharu karena akhirnya aku menikah juga dengan Kinanti.

"Hallo Listya!"

"Iya Pak!" Jawab Listya.

"Listya baik-baik saja?"

"Baik-baik Pak. Tidak apa-apa. Ok Pak Alan, saya pamit dulu," kata Listya sambil menutup ponselnya.

Dari nada bicaranya Listya tampaknya bersedih. Apakah bersedih karena suaminya meninggal dunia ataukah bersedih karena aku mau menikah dengan Kinanti? Wanita selalu sulit diduga perasaan hatinya.

Saat ini aku sudah lebih realistis dan bijak untuk memilih Kinanti Puspitasari sebagai calon istriku.  Aku mempertimbangkan bahwa saat ini Daisy Listya masih muda, cantik dan masih memiliki masa depan yang terbentang luas. Daisy Listya masih memungkinkan mendapatkan teman hidup yang jauh lebih baik dariku.

Kinanti memang yang aku pilih karena aku dan Kinanti sudah sama-sama berada di ufuk senja. Aku harus membiarkan cintaku kepada Daisy Listya menjadi sejarah seperti halnya cintaku kepada Diana Faria.

Jadwal kompilasi data penelitianku di Laboratorium yang biasanya dikerjakan hari Sabtu, sengaja aku majukan menjadi Jumat siang.  Hal ini karena besok Sabtu aku harus ke Bandung menemui Kinanti.

Seusai sholat Jumat di Masjid Kampus itu aku segera bergegas kembali ke ruang kerjaku untuk makan siang. Makan siangku hari ini adalah masakan Si Mbok yang sengaja aku bawa dari rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun