"Tentang apa Kinan?"
"Tentang pernikahan kita. Aku hanya minta dua permintaan kepadamu. Tapi ini bukan syarat lho hanya permintaanku," kata Kinanti.
"Permintaan apa Kinan, inshaa Allah aku akan memenuhinya," kataku yakin.
"Alan setelah kita menikah nanti mungkin terlalu riskan bagiku andai aku harus hamil untuk anak kita," kata Kinanti.
"Tentu saja Kinan. Bagiku cukup Intan sebagai anak kita. Dia adalah anak putri yang sangat aku banggakan," kataku menenangkan Kinanti.
"Alan tidakkah kau ingin memiliki anak dari aliran darahmu sendiri?" Tanya Kinanti.
"Kinanti urusan anak itu aku serahkan kepada Allah. Aku tidak menuntutmu agar kita punya momongan untuk memberi Intan seorang adik." Kataku.
Aku melihat Kinanti termenung. Wajahnya menatap ke depan. Wanita ini sangat cantik dengan tatapan teduh sepasang matanya membuat damai hati ini.
"Hai jangan melamun!" Ujarku. Kinanti terperanjat.
"Lalu permintaanmu yang kedua?" Tanyaku.
"Aku teringat Listya. Saat ini dia berteman dengan kesendiriannya. Permintaanku yang kedua setelah kita menikah nanti aku rela... jika, jika kau berniat menikahi Listya agar kau bisa memiliki anak," kata Kinanti sungguh sungguh.