Selesai makan siang segera aku menuju Laboratorium yang jaraknya dari Gedung Fakultas hanya sekitar 50 meter. Siang itu Laboratorium sepi tidak ada satupun mahasiswa yang menggunakan instrumen analisis. Biasanya mereka menggunakan instrumen analisis untuk penelitian skripsi pada hari Sabtu.
Aku bekerja di ruang itu penuh dengan ketelitian mengingat data yang aku kompilasi ini untuk digunakan sebagai data pelengkap pengajuan patent suatu produk farmasi. Aku bekerja penuh semangat sehingga sebelum Ashar semua data sudah diolah dan siap disajikan.
Aku tersenyum sendiri ketika aku menyadari bahwa aku saat ini benar-benar sangat merindukan Kinanti. Mungkin ini penyebabnya sehingga aku bekerja di Laboratorium itu penuh dengan semangat dan fokus.
Semua pekerjaan hari ini sudah rampung dan aku sudah bersiap pulang. Alangkah lega akhirnya aku bisa menyelesaikan aktivitas hari ini. Sabtunya aku benar-benar sudah bisa melepaskan rinduku untuk Kinanti.
Dalam penerbangan jarak pendek antara Surabaya-Bandung yang bisa ditempuh 1-2 jam saja ternyata sudah cukup untuk mengingatkanku kembali semua peristiwa masa-masa SMA.
Masa-masa SMA yang begitu indah. Hal ini justru telah membuatku tidak sabar ingin segera bertemu Kinanti. Tepat pukul 10 WIB, aku sudah tiba di Bandara Husein Sastranegara.
Kinanti sudah menungguku. Aku melihat wajah cantik Kinanti penuh dengan rasa bahagia menyambut kehadiranku. Tentu saja cahaya kebahagiaan terpancar di wajah Kinanti karena malam ini merupakan malam yang spesial.Â
Untuk yang pertama kali aku berkunjung ke rumah Kinanti sebagai calon suaminya. Apalagi kunjungan ini juga sekaligus membicarakan acara lamaran dan penentuan hari pernikahan.
Malam Minggu ini benar-benar aku habiskan bersama Kinanti di sebuah Kafe yang cukup ramai di jalan Riau. Hanya sekedar mengisi makan malam sambil mengobrol bercerita saat saat SMA dulu.
Ah alangkah romantisnya. Kadang kami tertawa karena teringat peristiwa konyol saat SMA dulu. Tidak terlalu malam kami kembali ke rumah Kinanti di Arcamanik. Kami melanjutkan obrolan di beranda. Udara Kota Bandung sangat mendukung, cerah tanpa awan dan ada bulan sabit di ufuk langit menandakan awal bulan Qomariah telah tiba.
"Alan ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Kinanti mulai serius.