"Hallo Kinanti!"
Kinanti nampaknya masih membisu. Berkali-kali aku memanggilnya namun Kinanti tetap terdiam sampai akhirnya Kinanti menutup ponselnya.
Aku benar benar tertegun mengalami hal seperti ini. Belum pernah Kinanti bersikap "ngambek" seperti ini.
Apakah ada kata-kataku yang menyinggung perasaannya. Â Aku mencoba mengirim pesan melalui ponsel. Mengutarakan maafku atas kata-kataku yang mungkin tidak berkenan di hati Kinanti. Namun tiada balasan.
Aku benar benar tidak mengerti dengan sikap Kinanti. Selama ini Kinanti tidak pernah sensitif seperti ini. Bagian kalimat manakah yang membuat Kinanti ngambek?
Di Ruang Tunggu keberangkatan itu aku masih termangu mengingat kejadian tadi malam. Aku mencoba untuk menghubungi Kinanti melalui ponsel namun tetap tidak diangkat panggilanku.
Terdengar suara pemberitahuan bahwa Argo Wilis tujuan Surabaya sudah berada di jalur enam bagi para penumpang agar bersiap siap.
Akupun beranjak dari Ruang Tunggu itu dengan rasa gundah. Selama perjalanan menuju Surabaya itupun aku hanya terdiam dan bahkan tertidur dan baru terbangun ketika Petugas Restorasi Kereta menawarkan makan siang.
Aku memeriksa ponsel apakah ada pesan atau panggilan. Ternyata ada pesan dari Kinanti.
"Alan aku mohon dimaafkan dengan kejadian tadi malam. Aku benar-benar sedih. Malam itu aku menangis karena aku seperti mau kehilanganmu. Aku merasa takut dengan perubahan sikapmu kepadaku hanya karena aku akan menikah dengan Eko!"
"Aku juga kecewa kenapa kamu tidak menyempatkan waktu untuk mengunjungiku karena banyak yang ingin aku katakan!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!