Intan adalah putri tunggal Kinanti seorang gadis cantik yang masih kuliah pada semster awal.Â
"Ok Kinan. Titip salam saja untuk Intan dari Om Alan yang ganteng," kataku bercanda sambil tertawa.
Aku hanya bisa memandangi punggung mereka pada saat mereka beranjak meninggalkanku sendiri.
Aku masih duduk termangu disitu. Aku lihat di meja persis di depanku sepasang remaja masih dengan seragam SMA nya sedang menikmati hidangan makan siang.
Aku lihat remaja SMA berseragam abu-abu itu bercanda, tertawa dan saling pandang dengan senyum masing-masing.
Masa remaja mereka yang penuh dengan keindahan. Melihat mereka teringat masa masa SMA bersama Kinanti. Ah rasanya seperti mimpi atau memang hidup ini sebenarnya hanya sebuah mimpi.
Entahlah yang jelas pertemuan di Food Court BIP itu adalah sebuah fragmen satu babak yang ceritanya belum selesai.
Entah pula kapan cerita fragmen itu selesai. Entah bagaimana pula akhir dari cerita itu apakah happy ending ataukah sad ending?
Entahlah. Entahlah. Entahlah. Aku seperti sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Kinanti, Listya, Diana Faria semua sudah menjadi catatan masa lalu.
Menghabiskan hari Sabtu di Kota Bandung tidak terasa karena begitu banyak tempat-tempat nostalgia yang harus aku kunjungi.
Malam itu rasa lelah yang amat sangat membuatku tertidur lelap lebih cepat. Aku baru beranjak dari tempat tidur ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.