"Namun tetap kita harus berpijak pada realita. Kita tetap jalani hidup ini apa adanya. Rasa ikhlas dalam hati untuk selalu menerima takdirNya adalah kesempurnaan manusia sebagai hambaNya," kembali Kinanti berfilosofi.Â
Mendengar ini aku kembali termenung teringat masa-masa SMA. Hanya Kinanti yang selalu memberi pencerahan seperti ini.
"Ya Kinan aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertimu. Sejak dulu kamu adalah satu-satunya teman wanitaku yang selalu mengingatkanku." Kataku.
"Aku juga selalu teringat bahwa Kinanti adalah satu-satunya gadis yang berani menolak cinta seorang playboy urakan seperti Alan Erlangga ini. Satu-satunya gadis yang telah menyadarkanku dari petualangan yang menyesatkan." Aku berkata penuh kesungguhan namun disambut dengan tawa Kinanti.
"Ah Alan sudahlah. Masa lalu masa SMA dulu sudah ada di belakang sana. Aku hanya seorang sahabat yang mencoba mengingatkan kekeliruan jalan yang kau tempuh. Aku bersyukur ternyata Alan Erlangga mau mendengar dan mengikuti apa yang ku katakan." Kata Kinanti bijak.
"Terima kasih Kinan. Kejadian waktu itu telah membuat mataku terbuka. Wanita adalah mahluk Allah yang harus dicintai bukan disakiti. Ketika aku mencintai Diana Faria sepenuh hati ternyata Allah mengambilnya mungkin untuk memberi pelajaran padaku. Wah wah wah kok jadi serius begini?" kataku mencairkan suasana.Â
Kulihat Kinanti tersenyum lembut sambil menatapku penuh arti.
"Alan sampai aku lupa menawarkan minum. Mau minum apa?" Â
"Apa saja Bu Kinanti, yang penting tidak pakai gula," kataku.
"Alan sedang diet ya?" Tanya Kinanti.
"Tidak juga hanya mengurangi konsumsi gula saja. Kata dokter pada usia kita ini harus mengurangi konsumsi gula," kataku.