Aku menjelaskan kepada Kinanti bahwa ada yang aneh karena cintaku semakin bersemi. Harapan itu semakin tumbuh ketika Listya mau melanjutkan ke program spesialis Apoteker. Tentu aku sering bertemu dengannya.
Apalagi ketika dia menginginkan aku kembali membimbingnya sebagai Dosen, aku merasakan kebahagiaan.
Sungguh aku membayangkan setiap hari selalu bertemu Listya yang menjadi mahasiswi bimbinganku. Berbincang berdiskusi bercanda seperti dulu lagi, alangkah bahagia. Â Walaupun realitanya Listya sudah menjadi milik Rizal suaminya.
Mendengar perkataanku tadi kulihat Kinanti terdiam membisu. Aku melihat wajahnya muram tapi hanya beberapa saat saja Kinanti terlihat kembali ceria.
Pada usia yang ke 45 ini Kinanti masih tetap cantik walaupun kini sudah memiliki putri yang berusia remaja. Memiliki wajah khas Sunda dengan kulit kuning langsat.
Matanya yang indah dan senyumnya yang ramah menambah karakter kecantikannya semakin sempurna.
Wanita diciptakan Allah untuk cantik dan kecantikan yang sejati adalah kecantikan yang bisa dirasakan dengan hati.
Wanita tidak boleh menyalahi kodratnya untuk cantik. Nah pagi ini Kinanti benar-benar alami dengan pakaian rumah seadanya tapi tetap sopan, wajah ovalnya tanpa make up terbalut jilbab.
Aku teringat saat Kinanti remaja SMA dulu. Gadis ceria yang cerdas, cantik, ramah penuh dengan pesona. Rasanya tidak percaya dalam situasi seperti ini aku kembali bertemu dengannya.
"Aku kan pernah bilang jika kita kehilangan satu harapan maka biarkan kita tumbuhkan seribu lagi harapan jika seribu harapan juga hilang maka kita tumbuhkan lagi sejuta harapan. Tiada harapan yang boleh padam dari hati kita." Kata Kinanti.
"Ya Kinan aku tidak pernah lupa kata-katamu. Manusia harus terus memiliki harapan, " kataku.