"Hensa sebenarnya aku juga mencintaimu. Maaf sangat terlambat menjawab kata cintamu." Untaian kata Intan yang diucapkannya sambil masih menangis.
Aku hanya termenung mendengar pengakuannya. Â Sementara itu di Panggung Temu Kangen baru saja disampaikan oleh MC bahwa lagu jadul berikutnya adalah Andaikan Kau Datang.
Sementara lagu itu mengalun, Intan masih terisak. Suasana yang mengharukan diringi alunan lagu Koes Plus itu. Kemudian dia menatapku tajam seakan-akan tatapan ini adalah yang terakhir kalinya.
"Maafkan Hensa, aku tidak bisa memberikan kebahagiaan untukmu," katanya pelan.
"Aku sekarang lega karena sudah bertemu denganmu dan aku berharap kamu sudah tahu isi hatiku juga mau mmemaafkanku." Kembali Intan berkata sambil berdiri menatapku.
"Hensa aku pamit dulu ya." Intan berpamitan sambil menatapku dengan tatapan yang berat. Tatap sejuk matanya masih seperti dulu. Intan berlalu meninggalkanku dengan isak tangisnya.
Saat itu aku benar-benar terpaku tidak bisa berbuat apa-apa setelah beberapa lama baru aku tersadar kalau Intan sudah pergi dariku.
Aku berlari mengejarnya sampai Pintu Gerbang Sekolah. Tidak ada. Mungkin masih di Tempat Parkir. Tidak ada satupun kendaraan yang keluar dari tempat parkir.
Intan telah pergi. Aku telah membiarkan dia pergi. Kenapa aku tidak menahannya. Malam itu sampai acara usaipun aku benar-benar tidak bisa menikmati kemeriahan Temu Kangen ini.
"Hai Hensa kenapa kamu kelihatan murung?" Suara Diana menyadarkanku dari kegundahan hati karena ditinggal Intan.
"Aku tadi bersama Intan Permatasari tapi dia pergi meninggalkanku," kataku menjelaskan.