Belum sampai sisi Panggung aku melihat seorang wanita duduk sendirian kebetulan di sebelahnya juga ada kursi kosong.
Aku seperti mengenal betul siapa wanita itu. Menggunakan gaun berwarna hitam rambut panjang sebatas bahu dengan perawakan semampai. Ya Allah tidak salah lagi, dia Intan Permatasari. Aku menghampirinya setengah berlari.
"Intan!" Panggilku. Wanita itu menoleh dan menatapku sambil tersenyum.
"Hensa!" Katanya membalas sapaanku. Sambil tersenyum memandangku.
Aku duduk di sampingnya. Intan masih cantik seperti dulu. Masih terbayang saat dia mengenakan seragam putih abu-abu. Ya wanita di depanku ini Intan Permatasari.
"Aku sengaja datang ke reuni ini semata-mata hanya karena ingin bertemu denganmu!" Kata Intan. Mendengar ini aku tersenyum.
"Kamu sudah punya putra berapa?" Tanya Intan.
"Putraku dua sekarang mereka sudah bekerja mungkin sebentar lagi aku mau menikahkan putra pertamaku."
"Berbahagialah Hensa. Sementara aku hingga saat ini masih sendiri." Suara Intan memendam kepedihan.
Aku melihat wajahnya penuh kesedihan. Wajah Intan masih cantik seperti dulu sama seperti ketika pada saat aku mengutarakan cintaku kepadanya.
Saat ini seakan aku sedang mengalami adegan ulang 39 tahun yang lalu. Aku lihat tiba-tiba Intan menangis tersedu lalu dia berkata dalam tangisnya.