"Iya Hensa. Walaupun nanti kita jauh tapi hati kita tetap dekat." Â
"Intan! Maukan mendengarkan apa yang selama ini aku rasakan?" Akhirnya aku mulai membuka kata untuk curahan hati ini.
Mendengar ini Intan hanya menatapku tajam. Aku juga memandang gadis cantik ini. Mata indahnya dan wajah cantiknya dengan rambut hitam panjang sebatas bahu itu benar-benar memukauku. Kami hanya bisa saling berpandangan.
"Intan selama ini ternyata aku sangat mencintaimu!" Kataku tegas.
Aku lihat Intan hanya tertunduk. Beberapa saat kami terdiam. Tidak ada jawaban dari bibir mungil gadis ini. Aku melihat Intan mulai terisak. Titik air matanya mulai membasahi pipinya.
Siang itu begitu hening. Hanya angin semilir menerpa dedaunan rindang di Samoja Opat itu.Â
Peristiwa itu begitu berkesan bagiku walaupun hingga saat ini aku tidak pernah mendengar sepatah katapun jawaban dari Intan.
Sejak lulus SMA dan melanjutkan kuliah di Bogor kemudian selama 30 tahun ini aku menghabiskan kehidupanku di sebuah Kota Pesisir Jawa Timur. Kota ini sudah seperti tempat kelahiran keduaku. Kota tempat aku menggapai semua masa depanku.
Intan Permatasari walaupun tidak bisa begitu saja aku lupakan namun di Kota ini aku merasa lebih realistis menjalani kehidupanku. Aku sangat tenteram bahagia bersama keluarga.
Kabar tentang Reuni Akbar Lintas Angkatan mulai tahun 1961 sampai tahun terakhir benar-benar acara yang sangat aku nantikan hanya dengan satu harapan yaitu bertemu dengan Intan Permatasari.
Reuni Akbar ini seakan membuka kembali lembaran-lembaran lama. Aku sungguh sungguh ingin menghadiri acara reuni ini maka segera saja mengatur jadwal kerjaku agar pada hari H Reuni tersebut benar-benar tidak berbenturan dengan tugas-tugas Kantor.